
Eks Diktator Tunisia Meninggal dalam Eksil di Arab Saudi
CNN Indonesia | Jumat, 20/09/2019 18:11 WIB

Jakarta, CNN Indonesia -- Mantan Presiden Tunisia, Zain al-Abidin Ben Ali, meninggal dunia pada usia 83 tahun, dalam pengasingan di Arab Saudi. Dia dilaporkan dirawat karena sakit keras diduga akibat kanker prostat sebelum tutup usia.
Dilansir dari The Guardian, Jumat (20/9), kabar duka tersebut disebarkan oleh media setempat La Presse dengan judul "Ben Ali Telah Meninggal". Dia wafat beberapa hari setelah pemilihan presiden yang diselenggarakan di Tunisia.
Mantan diktator tersebut dikabarkan dalam keadaan sakit parah sejak masuk ke rumah sakit pada pekan lalu, setelah bertahun-tahun melakukan pengobatan kanker prostat.
Berdasarkan keterangan pengacara mendiang Ben Ali, Mounir Ben Salha, rencananya jasad Ben Ali akan dipindahkan ke kota Mekkah sambil menunggu keputusan keluarga mengenai proses pemakamannya.
Ben Ali sudah memerintah Tunisia selama 23 tahun dengan tangan besi setelah melakukan kudeta terhadap Habib Bourguiba. Bourguiba adalah mantan presiden yang juga merupakan tokoh pembebasan Tunisia dari Perancis.
Selama 10 tahun pertama setelah kudeta terhadap Bourguiba, Ben Ali melakukan restrukturisasi ekonomi. Hal itu membuat perekonomian Tunisia mengalami peningkatan sebesar empat persen per tahun.
Kemudian di pertengahan pemerintahannya, Ben Ali mulai korup dan membatasi kebebasan berekspresi, pembatasan media melalui dominasi media pemerintah, dan menekan gerakan Islam.
Pada saat itu pula Ben Ali dan istri keduanya, Leila Trabelsi, mulai memperkaya diri dan kroni-kroni mereka dengan uang negara yang didapat dari berbagai proyek ekonomi. Mereka juga memajang poster wajahnya di seluruh sudut kota.
Protes tersebut memicu kemarahan masyarakat ketika kondisi kemiskinan semakin meluas, represi politik, dan pengangguran di mana-mana. Puncaknya pada 2011, ia dijatuhkan dari kursi kepresidenan akibat protes pada 14 Januari 2011, yang memantik gerakan Revolusi Semi (Arab Springs) di jazirah Arab.
Setelah protes berakhir, ia kemudian diadili tanpa kehadiran (in absensia) dengan tuduhan korupsi dan penyiksaan terhadap tentara yang didakwa atas percobaan kudeta pada tahun yang sama. Ia divonis penjara dan denda oleh pengadilan Tunisia.
Tidak lama setelahnya, Ben Ali kembali didakwa secara in absensia dengan atas dugaan pembunuhan demonstran saat unjuk rasa berlangsung. (fls/ayp)
Dilansir dari The Guardian, Jumat (20/9), kabar duka tersebut disebarkan oleh media setempat La Presse dengan judul "Ben Ali Telah Meninggal". Dia wafat beberapa hari setelah pemilihan presiden yang diselenggarakan di Tunisia.
Mantan diktator tersebut dikabarkan dalam keadaan sakit parah sejak masuk ke rumah sakit pada pekan lalu, setelah bertahun-tahun melakukan pengobatan kanker prostat.
Berdasarkan keterangan pengacara mendiang Ben Ali, Mounir Ben Salha, rencananya jasad Ben Ali akan dipindahkan ke kota Mekkah sambil menunggu keputusan keluarga mengenai proses pemakamannya.
Ben Ali sudah memerintah Tunisia selama 23 tahun dengan tangan besi setelah melakukan kudeta terhadap Habib Bourguiba. Bourguiba adalah mantan presiden yang juga merupakan tokoh pembebasan Tunisia dari Perancis.
Selama 10 tahun pertama setelah kudeta terhadap Bourguiba, Ben Ali melakukan restrukturisasi ekonomi. Hal itu membuat perekonomian Tunisia mengalami peningkatan sebesar empat persen per tahun.
Kemudian di pertengahan pemerintahannya, Ben Ali mulai korup dan membatasi kebebasan berekspresi, pembatasan media melalui dominasi media pemerintah, dan menekan gerakan Islam.
Pada saat itu pula Ben Ali dan istri keduanya, Leila Trabelsi, mulai memperkaya diri dan kroni-kroni mereka dengan uang negara yang didapat dari berbagai proyek ekonomi. Mereka juga memajang poster wajahnya di seluruh sudut kota.
Protes tersebut memicu kemarahan masyarakat ketika kondisi kemiskinan semakin meluas, represi politik, dan pengangguran di mana-mana. Puncaknya pada 2011, ia dijatuhkan dari kursi kepresidenan akibat protes pada 14 Januari 2011, yang memantik gerakan Revolusi Semi (Arab Springs) di jazirah Arab.
Setelah protes berakhir, ia kemudian diadili tanpa kehadiran (in absensia) dengan tuduhan korupsi dan penyiksaan terhadap tentara yang didakwa atas percobaan kudeta pada tahun yang sama. Ia divonis penjara dan denda oleh pengadilan Tunisia.
Tidak lama setelahnya, Ben Ali kembali didakwa secara in absensia dengan atas dugaan pembunuhan demonstran saat unjuk rasa berlangsung. (fls/ayp)
ARTIKEL TERKAIT

Usai Insiden Kilang Aramco, Saudi Gempur Pemberontak di Yaman
Internasional 2 bulan yang lalu
Iran Janji Perang Total Jika Diserang Usai Insiden Aramco
Internasional 2 bulan yang lalu
Pemimpin Iran Disebut Setujui Serangan Drone ke Kilang Saudi
Internasional 2 bulan yang lalu
VIDEO: Saudi Beberkan Bukti Serangan Iran ke Kilang Aramco
Internasional 2 bulan yang lalu
Iran Sebut Houthi Serang Kilang Minyak Saudi untuk Peringatan
Internasional 2 bulan yang lalu
VIDEO: Kerusakan Kilang Minyak Saudi Usai Diserang Drone
Internasional 2 bulan yang lalu
BACA JUGA

Yasonna Soal Rizieq: WNI yang Ingin Pulang Pasti Kami Terima
Nasional • 05 December 2019 18:23
Moeldoko Minta Rizieq Bicara dengan KBRI, Bukan di Medsos
Nasional • 26 November 2019 20:07
VIDEO: Riyadh Motor Show 2019 Sajikan Mobil Klasik dan Langka
Teknologi • 28 November 2019 15:15
Petinggi RI dan Saudi Bernego Tuntaskan Nasib Rizieq Shihab
Nasional • 25 November 2019 17:51
TERPOPULER

Media Asing: China Suap Ormas Islam RI Agar Diam soal Uighur
Internasional • 5 jam yang lalu
Donald Trump Sarankan Greta Thunberg 'Bersantai'
Internasional 2 jam yang lalu
Militer Selandia Baru Gelar Misi Penyelamatan Gunung Meletus
Internasional 4 jam yang lalu