Menlu AS Minta Tolak Seruan China Pulangkan Etnis Uighur

Reuters | CNN Indonesia
Senin, 23 Sep 2019 00:45 WIB
Menlu AS Mike Pompeo menyerukan semua negara untuk menolak tuntutan China untuk memulangkan etnis Uighur.
Menlu AS Mike Pompeo menuding China berupaya menghapus warga etnis Uighur. (REUTERS/Brendan McDermid)
Jakarta, CNN Indonesia -- Menteri Luar Negeri Amerika Serikat Mike Pompeo menyerukan semua negara untuk menolak tuntutan China untuk memulangkan etnis Uighur.

Ia pun mengatakan kebijakan Beijing di wilayah Xinjiang, China Barat itu sebagai "upaya untuk menghapus warganya sendiri."

Pakar dan aktivis AS mengatakan setidaknya 1 juta warga etnis Uighur dan anggota kelompok minoritas Muslim lainnya di China ditahan di kamp-kamp konsentrasi di wilayah Xinjiang yang terpencil.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Kampanye represif China di Xinjiang bukan tentang terorisme. Ini tentang upaya China untuk menghapus warganya sendiri. Kami menyerukan semua negara untuk menentang tuntutan China untuk memulangkan warga Uighur," katanya, dikutip dari Reuters, Minggu (22/9).

Hal itu dikatakannya usai pertemuan dengan para menteri luar negeri dari lima negara Asia Tengah, yakni Turkmenistan, Kyrgyzstan, Uzbekistan, Kazakhstan, Tajikistan, di New York, AS, menjelang Sidang Umum PBB, Minggu (22/9).

Wakil Menlu AS John Sullivan sendiri akan menyelenggarakan acara pada Selasa (24/9) tentang "krisis hak asasi manusia di Xinjiang".

PBB mengatakan setidaknya 1 juta etnis Uighur dan Muslim lainnya telah ditahan di Xinjiang. Yang lainnya banyak yang mengungsi ke sejumlah negara tetangga.

Soal kamp konsentrasi, Beijing berdalih dan menggambarkan kompleks di Xinjiang sebagai "pusat pelatihan kejuruan" yang membantu menghilangkan ekstrimisme dan memberi warga keterampilan baru.

Pemerintahan Presiden AS Donald Trump telah mempertimbangkan sanksi terhadap pejabat China, termasuk ketua Partai Komunis Xinjiang, Chen Quanguo, anggota Politbiro kepemimpinan China yang kuat, sejak tahun lalu. Namun, sanksi itu ditunda di tengah ancaman pembalasan Beijing.

[Gambas:Video CNN] (arh)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER