Jakarta, CNN Indonesia -- Perdana Menteri
Inggris,
Boris Johnson, meyakini
Iran bertanggung jawab atas serangan pesawat nirawak terhadap dua kilang minyak perusahaan Aramco milik Arab Saudi dua pekan lalu.
Johnson mengatakan Inggris, Amerika Serikat, dan negara Eropa harus menanggapi bersama-sama terkait insiden yang memangkas setengah produksi minyak Saudi.
"Inggris mengaitkan dengan tingkat probabilitas yang sangat tinggi kepada Iran atas serangan (kilang minyak) Aramco. Kami kira sangat mungkin kalau Iran yang bertanggung jawab," kata Johnson kepada wartawan dalam perjalanannya menuju New York di pesawat, Senin (23/9).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kami akan bekerja sama dengan sekutu seperti AS dan Eropa untuk mengambil tindakan yang bisa mengurangi ketegangan di kawasan Teluk," paparnya menambahkan.
Ketika ditanya apakah Inggris akan menjatuhkan sanksi terhadap Iran terkait insiden itu, Johnson menuturkan masih mempelajari proposal dan gagasan AS untuk merespons serangan tersebut.
"Jelas jika kita diminta baik oleh Saudi atau AS untuk berkontribusi maka kita akan mempertimbangkannya dengan cara apa kita bisa membantu," kata Johnson.
Johnson lebih lanjut mengatakan bahwa dia akan membahas perilaku Iran di kawasan dengan Presiden Hassan Rouhani dalam pertemuan tinggi Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) pada akhir pekan ini.
Ketegangan antara Iran dan negara Barat kian memanas setelah drone tempur menyerang dua kilang minyak terbesar milik Aramco pada 14 September lalu.
Pemberontak Houthi di Yaman mengklaim bertanggung jawab dalam serangan itu. Namun, AS dan Saudi tidak percaya akan klaim tersebut.
[Gambas:Video CNN]Dilansir
Reuters, seorang pejabat pemerintah Inggris juga mengatakan klaim Houthi tersebut juga "tidak masuk akal."
Menurut London, dilihat dari skala, kecanggihan, dan jangkauannya, serangan drone itu di luar kemampuan Houthi.
"Tidak masuk akal jika serangan itu tidak diperintahkan oleh pemerintah Iran," tutur pejabat tersebut.
(rds/ayp)