Jakarta, CNN Indonesia -- Organisasi Kesehatan Dunia (
WHO) mempelajari kemungkinan keterkaitan antara infeksi
virus corona (covid-19) dengan penyakit yang serupa dengan sindrom Kawasaki. Sebelumnya, sindrom Kawasaki atau sindrom getah bening adalah adalah penyakit langka yang umumnya menyerang anak-anak dan dapat menyebabkan kematian.
"Laporan awal menduga bahwa sindrom ini (sindrom serupa Kawasaki) mungkin berhubungan dengan covid-19," ujar Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus dalam konferensi pers virtual, Jumat (15/5).
Sebelumnya, Pediatric Intensive Care Society (PICS) Inggris menyatakan terdapat sejumlah kasus pada anak-anak yang memiliki sakit kritis dengan sindrom langka yang dikaitkan dengan virus corona.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kemudian, dilansir dari
AFP, belum lama ini, Gubernur New York juga melaporkan tiga orang anak meninggal dengan gejala sindrom langka itu dan tengah menginvestasi 100 anak lainnya.
Seorang dokter di Prancis menyatakan seorang bocah berusia 9 tahun yang dinyatakan positif covid-19 meninggal oleh penyakit tersebut pada Jumat (15/5).
Sebagai catatan, sindrom Kawasaki mengakibatkan inflamasi atau peradangan pada dinding arteri dan bisa membatasi aliran darah ke jantung. Gejalanya demam selama lebih dari 5 hari, jaringan leher bengkak, bibir pecah, kaki dan tangan bengkak juga kemerahan pada mata.
Saat ini, sambung Tedros, WHO telah mengembangkan definisi awal sindrom tersebut dengan sebutan "Sindrom Peradangan Multisistem pada Anak-anak". Ia juga meminta tenaga medis untuk waspada dan memahami sindrom ini dengan lebih baik.
Namun, Tedros mengingatkan penting untuk mempelajari sindrom tersebut dengan hati-hati. Hal itu dilakukan untuk memahami penyebab dan mencari cara penanganannya.
Kepala Teknis Tim Tanggap Corona WHO Maria Van Kerkhove menegaskan keterkaitan antara sindrom tersebut dengan virus corona masih belum jelas. Pasalnya, beberapa anak yang menunjukkan gejala sindrom tersebut negatif covid-19.
"Kami ingin seluruh negara waspada akan hal ini," ujarnya.
Direktur Kedaruratan WHO Michael Ryan menilai kalaupun sindrom tersebut berhubungan dengan covid-19, penyebabnya bisa saja bukan virus corona baru.
(sfr)
[Gambas:Video CNN]