New Normal China di Tengah Ancaman Gelombang II Corona

CNN Indonesia
Rabu, 20 Mei 2020 15:38 WIB
In this April 8, 2020, photo, passengers cross the Yangtze River on a ferry in Wuhan in central China's Hubei province. The reopening of ferry service on the Yangtze River, the heart of life in Wuhan for more than 20 centuries, was an important symbolic step in official efforts to get business and daily life in this central Chinese city of 11 million people back to normal after a 76-day quarantine ended in the city at the center of the coronavirus pandemic. (AP Photo/Ng Han Guan)
Kehidupan new normal di China usai lockdown virus corona dicabut. (AP/Ng Han Guan)
Jakarta, CNN Indonesia -- China belum bisa bernapas lega meski tren penularan virus corona menurun dalam satu bulan terakhir.

Sejak angka penularan corona terkendali dan stabil hampir di seluruh daerah, China menurunkan peringkat darurat kesehatan pada awal Mei ini. 

Pemerintahan Presiden Xi Jinping juga membuka kembali sebagian besar wilayah di China termasuk Kota Wuhan dan Provinsi Hubei, setelah sempat diisolasi atau lockdown. Wuhan merupakan kota tempat kasus Covid-19 pertama kali muncul dan terdeteksi.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Namun, Kepala Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit China, Shi Xiaoming, memperingatkan bahwa kehidupan tidak akan sepenuhnya kembali seperti sebelum pandemi menyerang atau new normal.


Ancaman penularan corona masih tinggi sehingga akan banyak penyesuaian dalam kehidupan masyarakat, terutama menjelang pembukaan kembali wilayah setelah hampir tiga bulan ditutup.

"Pembukaan kembali [tempat publik] itu dilakukan bersyarat," ucap Shi pada 14 Mei lalu seperti dilansir South China Morning Post.

Shi mendasari pernyataannya setelah Badan Kesehatan Dunia (WHO) memprediksi butuh waktu empat sampai lima tahun hingga pandemi Covid-19 benar-benar terkendali. WHO bahkan memperingatkan penyebaran corona ini bisa menjadi lebih buruk.

WHO menuturkan itu semua bergantung pada sejauh mana virus bermutasi dan apakah pengembangan vaksin efektif atau tidak.

Pemantauan Ketat via Aplikasi

Melalui aplikasi yang diluncurkan oleh Dewan Negara pada April lalu, Pemerintah China memantau 2.857 kabupaten serta distrik, dan memperbarui informasi kepada publik mengenai risiko penyebaran virus SARS-CoV-2 ini.

Berdasarkan hasil pantauan aplikasi itu pada pekan lalu, hampir seluruh distrik di Provinsi Hubei tercatat memiliki risiko rendah penularan corona. Hanya beberapa distrik dan satu kabupaten di Wuhan masih memiliki risiko tinggi penularan.

Foto: CNN Indonesia/Fajrian

Shi mengatakan tempat umum dan hiburan seperti bioskop yang berada di wilayah berisiko rendah bisa beroperasi lagi dengan syarat memiliki ventilasi baik, didisinfektan secara rutin, dan mewajibkan staf dan pelanggan menggunakan masker dan menjaga jarak.

Sementara itu, ia mengatakan tempat-tempat publik yang berada di distrik berisiko menengah hingga tinggi harus tetap ditutup.

"Bioskop harus memberi jarak satu meter untuk setiap kursi dalam studio. Bagi para konsumen, menonton lah dengan keluarga. Hindari pergi ke bioskop dengan teman. Jangan berbicara terlalu banyak dan berkumpul terlalu ramai di dalam bioskop," ujar Shi.

Pemerintah China juga langsung melakukan lockdown Kota Jilin setelah muncul laporan klaster kasus baru virus corona. Akses perbatasan dan layanan transportasi publik, termasuk kereta api dihentikan sementara mulai Rabu (13/5).

Lockdown diberlakukan lantaran khawatir kemunculan kasus baru ini memicu gelombang kedua infeksi corona di tengah relaksasi yang baru berjalan.

Warga Jilin hanya diizinkan meninggalkan kota jika hasil tes virus corona dinyatakan negatif dalam tempo 48 jam terakhir. 

Pemerintah Kota Wuhan juga melakukan pemeriksaan corona terhadap 11 juta warganya setelah menemukan sejumlah kasus baru Covid-19 dalam beberapa hari terakhir.

Bersahabat dengan Tes Corona

Sejumlah pihak menganggap pemeriksaan cepat corona akan menjadi suatu kewajiban bahkan kebiasaan normal baru di kalangan masyarakat. 

He Qinghua dari Biro Pengendalian Penyakit Komisi Kesehatan China mengatakan elemen penting dalam menghadapi situasi kehidupan new normal adalah terus melakukan deteksi dini, melaporkan, mengisolasi, dan merawat suspect hingga pasien corona secara cepat.

"Persyaratan utama agar new normal berhasil adalah memaksimalkan kemampuan pengujian tes corona. Kita harus bisa membagi wilayah secara ilmiah menjadi unit-unit terkecil agar bisa mendeteksi virus dan menindaknya sesegera mungkin," kata He.

Sejak pemeriksaan dini dinilai menjadi kunci efektif mengendalikan penularan, permintaan peralatan tes Covid-19 dan angka pemeriksaan menjadi tinggi.


Sebuah studi Dongxing Securities yang berbasis di Beijing pada April lalu memaparkan kebutuhan global untuk peralatan tes corona mencapai 84,3 juta. Namun, hanya 14,4 juta tes yang benar-benar dilakukan.

Sementara itu, pemerintah dan perusahaan di China berbondong-bondong menyediakan pemeriksaan corona menyusul normalisasi kegiatan masyarakat dan perekonomian.

Lembaga kesehatan China dinilai mampu melakukan 1,66 juta pemeriksaan corona setiap hari. Angka itu sesuai dengan kebutuhan dasar pengujian ketika kegiatan sosial kembali normal.

Seorang siswa sekolah menengah atas di Guangzhou, Li Tian, menjalani pemeriksaan Covid-19 di sekolahnya pada akhir April sebagai syarat untuk bisa mengikuti pelajaran di kelas. 
Siswa di Wuhan kembali bersekolah STR / AFP

Petugas medis berpakaian APD lengkap memasukan stik panjang ke dalam tenggorokannya dan mengambil sampel lendir. Beberapa hari kemudian hasil pemeriksaan menyatakan bahwa kondisi kesehatan Li masuk syarat untuk ikut belajar di kelas.

Dilansir Nikkei Asian Review, Li termasuk di antara kelompok siswa gelombang pertama yang menerima tes corona. Pemerintah kota mengumumkan rencana melakukan pemeriksaan terhadap 30 ribu staf sekolah dan 167 ribu siswa menjelang semester baru. 

Pemerintah Guangzhou berhasil melakukan 93 persen pemeriksaan dalam tiga hari. Selain sekolah, pemeriksaan massal juga dilakukan oleh banyak perusahaan dan lembaga lain sebagai persiapan pembukaan kembali.

Pengunjung Tempat Wisata Terbatas

Sektor pariwisata China juga musti beradaptasi dengan kondisi new normal. Setelah relaksasi berlangsung, pemerintah China mulai membuka kembali tempat-tempat wisata dengan memberlakukan pedoman kesehatan.

Setiap pengunjung harus mendaftar menggunakan KTP atau tanda pengenal lain. Para turis juga harus memindai kode QR kesehatan.


Pemerintah China memang telah membangun sistem "kode kesehatan" digital berbasis warna bagi setiap warga. Kode kesehatan yang berupa kode QR itu akan menjadi indikator kesehatan warga Negeri Tirai Bambu.

Sebelum memasuki area wisata, para pengunjung diwajibkan diukur suhu tubuh dan mengenakan masker.

Beberapa situs wisata juga dibuka dengan kapasitas terbatas setiap hari. Sebagai contoh, Kota Terlarang hanya menerima 5.000 pengunjung setiap hari. Jumlah ini turun drastis.

Sebelum pandemi menyerang, Kota Terlarang kerap menerima turis lokal dan asing hingga 80.000 setiap harinya.

Meski masih dihantui gelombang kedua corona, dilansir CNN, wisatawan lokal berbondong-bondong memadati tempat wisata populer di seluruh China selama liburan nasional lima hari pada 1-5 Mei lalu.

Sejumlah foto yang diambil dari taman wisata Gunung Huangshan di Provinsi Anhui pada Sabtu (4/5) lalu menunjukkan ribuan orang memakai masker berdesakan menaiki kaki gunung.

Pada Sabtu siangnya, pengelola tempat wisata itu mengumumkan tidak akan menerima pengunjung lagi karena telah mencapai kuota maksimal dengan menerima 20 ribu turis meski hari masih panjang.

Dilansir kantor berita Xinhua, 130 tempat wisata utama di Shanghai menerima lebih dari 1 juta pengunjung dalam dua hari pertama liburan nasional awal Mei lalu. (rds/dea)


[Gambas:Video CNN]
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER