Menteri Luar Negeri Jerman, Heiko Maas, mendesak sejumlah negara untuk mengakhiri latihan militer di perairan Mediterania Timur, guna meredakan ketegangan antara Yunani dan Turki akibat perselisihan hak eksploitasi energi lepas pantai.
Dilansir Associated Press, Jumat (28/8), Maas menyatakan hal itu menjelang diskusi di Berlin oleh para menteri luar negeri Uni Eropa, yang mencoba membujuk Yunani dan Turki supaya menahan diri dari ambang konflik.
Para menteri diperkirakan akan memperdebatkan sanksi dan opsi kebijakan lain yang mungkin bisa menghalangi Turki untuk mencari cadangan minyak dan gas potensial di beberapa bagian Mediterania Timur, di mana Yunani mengklaim hak eksklusif di kawasan itu.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Maas yang sempat mengunjungi Athena dan Ankara pada Selasa lalu, menekankan perlunya menciptakan situasi bagi Turki dan Yunani untuk menyelesaikan masalah mereka secara langsung satu sama lain.
"Situasinya tetap sangat sulit. Prasyarat untuk pembicaraan ini adalah manuver yang terjadi di Mediterania Timur untuk diakhiri... karena yang pasti, para pihak (yang bertikai) tidak akan duduk bersama jika kapal perang berhadapan di Mediterania Timur," kata Maas.
Ketegangan kian memuncak selama berminggu-minggu setelah Turki mengirim kapal survei Oruc Reis untuk melakukan penelitian seismik, dengan dikawal oleh kapal perang Turki di Kreta, Siprus, dan perairan selatan Turki.
Athena mengatakan kapal itu beroperasi di atas landas kontinen Yunani. Mereka juga mengirim kapal perang untuk mengamati pergerakan dan melacak armada Turki.
Turki membantah klaim Yunani dan menuduh negara itu enggan memberikan bagian yang adil dari sumber daya di perairan Mediterania Timur.
Kedua negara telah melakukan manuver militer di kawasan itu.
Pada Kamis kemarin, Prancis menyatakan akan bergabung dengan Italia, Yunani, dan Siprus dalam latihan militer udara dan laut selama tiga hari di lepas pantai pulau Mediterania Timur.
Pejabat Turki menuduh sikap Prancis memicu ketegangan baru dengan menggelar latihan militer dengan Yunani dan Siprus. Menteri Pertahanan Turki, Hulusi Akar, mengatakan mereka tidak akan terganggu oleh unjuk kekuatan tersebut.
Pejabat militer Yunani mengatakan bahwa Uni Emirat Arab (UEA) telah mengirim empat jet tempur dan lima pesawat angkut militer ke pangkalan udara di Kreta untuk melakukan pelatihan bersama dengan pasukan Yunani.
Turki menuturkan akan mengadakan latihan tembak secara langsung pada 1-2 September di lepas pantai selatannya di seberang Siprus. Mereka juga memperpanjang operasi Oruc Reis hingga 1 September.
Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, pada Rabu telah melakukan panggilan terpisah dengan para pemimpin Yunani dan Turki. Sekretaris Jenderal Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO), Jens Stoltenberg, mengatakan pada Kamis bahwa Trump "terus-menerus berhubungan" dengan Athena dan Ankara untuk mencari solusi pertikaian itu.
Sementara itu, Menteri Luar Negeri Siprus, Nikos Christodolides mengatakan "tindakan ilegal dan provokatif" Turki mengancam kredibilitas Eropa.
"Persatuan yang terdiri dari 27 negara anggota harus memperjuangkan nilai-nilai internasional untuk tatanan internasional global berdasarkan nilai-nilai dan prinsip-prinsip Uni Eropa," katanya.
Presiden Turki, Recep Tayyip Erdogan, mengatakan, tidak akan pernah berkompromi dengan apa yang menjadi milik mereka.
"Kami bertekad untuk melakukan apapun yang diperlukan dalam hal politik, ekonomi, dan militer," kata Erdogan.
Sementara itu, Perdana Menteri Yunani, Kyriakos Mitsotakis, mengatakan berencana menggunakan hak hukum untuk memperluas perairan teritorialnya di sepanjang garis pantai barat yang menghadap Italia, dari 6 hingga 12 mil laut. Namun, ini tidak akan mempengaruhi wilayah di tengah perselisihan Yunani-Turki.
(ans/ayp)