Pemerintah Amerika Serikat kembali memberi cap alat propaganda terhadap media China.
Menteri Luar Negeri Amerika Serikat Mike Pompeo mengatakan enam media secara substansial atau efektif dikendalikan oleh pemerintah asing.
"Kami tidak membatasi apapun, hanya ingin memastikan rakyat, konsumen informasi, dapat membedakan antara berita yang ditulis oleh pers bebas dan propaganda yang disebarkan oleh Partai Komunis China sendiri. Mereka tidak sama," kata Pompeo Rabu (21/10) dilansir dari CNN.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Keenam media itu adalah Yicai Global, Jiefang Daily, Xinmin Evening News, Social Sciences in China Press, Beijing Review dan Economic Daily.
Perusahaan media itu diperlakukan sebagai misi diplomatik asing, mereka wajib tunduk pada aturan dan regulasi yang mencakup misi diplomatik, yang lebih ketat daripada yang biasanya disediakan untuk jurnalis.
Misalnya, setiap perusahaan yang disebutkan sekarang memerlukan persetujuan pemerintah AS untuk membeli atau menyewa ruang kantor.
Media yang sudah dicap juga harus mendaftarkan perubahan personel, termasuk karyawan baru dan keberangkatan staf, ke Departemen Luar Negeri.
Baik Amerika Serikat dan China telah memberlakukan pembatasan yang semakin ketat pada perusahaan media satu sama lain selama setahun terakhir.
Sebelumnya Negeri Paman Sam setidaknya telah memberi cap serupa pada sembilan media China lain yang beroperasi di sana dalam satu tahun ini.
Lima pada bulan Februari, sementara empat lainnya pada Juni.
Pada Maret lalu pemerintah telah memberi pengumuman untuk membatasi jumlah warga negara China yang dipekerjakan oleh media yang dikelola pemerintahnya.
China pun membalas dengan mengusir wartawan dari tiga kantor media utama AS: New York Times, Washington Post dan di Wall Street Journal.
Menanggapi pengumuman Pompeo pada hari Rabu, editor media pemerintah China menyebut Amerika Serikat telah "melangkah terlalu jauh."
Pemimpin Redaksi Global Times, tabloid milik Pemerintah China, Hu Xijin mengatakan di Twitter bahwa keputusan terbaru itu akan "semakin meracuni lingkungan kerja media di negara masing-masing."
"Selama media China benar-benar menderita, Beijing pasti akan membalas," kata Hu.
Dia menambahkan bahwa operasi media AS di Hong Kong, yang secara tradisional beroperasi sebagai pusat media internasional, dapat dimasukkan dalam "daftar pembalasan."
Unggahan Hu di Twitter diketahui sering kali menimbulkan kemarahan, namun banyak prediksinya yang tidak terwujud.
(ndn/dea)