Guatemala Dihantam Badai Eta, 150 Orang Dinyatakan Hilang

CNN Indonesia
Sabtu, 07 Nov 2020 11:53 WIB
Sekitar 150 orang dinyatakan hilang di Guatemala karena tanah longsor yang disebabkan Badai Eta.
Ilustrasi. (istockphotos/mdesigner125)
Jakarta, CNN Indonesia --

Sekitar 150 orang dinyatakan hilang di Guatemala karena tanah longsor yang disebabkan Badai Eta. Korban tersebut merupakan tambahan dari sekitar 24 orang yang tewas di tempat lain di Amerika Tengah sejak Eta sampai di Nikaragua pada Selasa (3/11).

Presiden Guatemala Alejandro Giammattei mengatakan badai tersebut juga menghancurkan desa adat Queja di sebelah utara negara.

Kini satu unit militer telah tiba di wilayah tersebut untuk memulai upaya penyelamatan, di tengah kekhawatiran bahwa sebagian besar penduduk telah tewas.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Sebuah laporan awal mengindikasikan bahwa 150 rumah telah terkubur dengan 100 orang tewas," katanya, dikutip dari AFP Sabtu (7/11)

Giammattei menambahkan bahwa tanah longsor lainnya di departemen timur laut Huehuetenango, di perbatasan dengan Meksiko, telah menyebabkan 10 orang tewas.

"Kami menghitung bahwa antara yang tewas dan yang hilang, angka tidak resmi menunjukkan sekitar 150 orang tewas," kata Giammattei, memperbarui jumlah korban tewas di negara itu dari 50 kematian yang ia sampaikan sehari sebelumnya.

Dia menyebut situasi di Queja "kritis", dengan hujan deras yang terus turun dan memicu tanah longsor baru, sementara jalan masih diblokir.

Sekitar 2.500 orang di daerah adat Maya yang miskin juga telah kehilangan harta benda mereka akibat banjir lumpur.

Risiko banjir bandang

Badai Eta telah mengoyak Amerika Tengah, meninggalkan kematian dan kehancuran sejak pertama kali mengguncang Nikaragua sebagai badai Kategori 4. Badai itu baru keluar dari Honduras dua hari kemudian karena depresi tropis.

Meski demikian peramal cuaca memperingatkan badai itu bisa kembali menguat menjadi badai tropis saat menuju ke Kuba.

Kuba sendiri mulai mengambil tindakan pada hari Jumat untuk mengurangi dampak Eta, menjelang kedatangan badai pada hari Minggu.

Pasalnya, meskipun Eta mulai melemah, Pusat Badai Nasional AS terus memperingatkan tentang "banjir bandang yang mengancam jiwa" di sebagian Amerika Tengah seperti Nikaragua, Honduras, Guatemala, Kosta Rika, El Salvador dan Panama.

Dua orang tewas di Nikaragua setelah Eta mengoyak daerah pesisir yang miskin dan menyapu seluruh desa.

Di Honduras, 10 orang tewas akibat tanah longsor dan banjir, kata pihak berwenang.

Ribuan orang juga masih terlantar di Lembah Sula, pusat industri di Honduras, dan beberapa telah meminta bantuan melalui media.

"Kami membutuhkan perahu atau helikopter. Kami belum makan dalam dua hari, ada sekitar 60 orang di sini dengan anak-anak," kata seorang wanita kepada program Today pada hari Jumat dari Ciudad Planeta.

Pemerintah Honduras mengatakan bahwa 16.000 orang telah diselamatkan dari Lembah Sula. Di Panama, kerusakan terkonsentrasi di provinsi Chiriqui, di perbatasan dengan Kosta Rika, tempat badai menghancurkan rumah, jalan, jembatan, dan tanaman.

Menteri Keamanan Juan Pino delapan orang tewas dan jumlah korban bisa bertambah dengan lusinan daerah hilang dan rusak berat tidak dapat diakses.

"Kami baru memulai dengan tugas besar ini," kata Pino.

Di Kosta Rika, seorang Amerika berusia 71 tahun dan istrinya Kosta Rika meninggal ketika tanah longsor mengubur rumah mereka di selatan Coto Brus yang perbatasan dengan Panama.

Sekitar 1.400 orang di wilayah pesisir selatan dan Pasifik dibawa ke tempat penampungan setelah hujan deras membuat sungai membelah tepiannya dan membanjiri wilayah yang luas.

Sedangkan di El Salvador, kata badan perlindungan sipil negara tersebut, seorang nelayan telah tewas dan hingga kini pihak berwenang mengevakuasi 1.700 orang yang rumahnya terancam banjir.

(hen/ard)


[Gambas:Video CNN]
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER