Awan Topi di Merapi-Welirang, Bukan Tanda Badai atau Bencana

CNN Indonesia
Jumat, 06 Nov 2020 06:30 WIB
Fenomena awan topi atau lentikular yang menyelimuti Merapi hingga Weilrang disebut BMKG bukan pertanda badai atau bencana alam.
Foto: ANTARA FOTO/Aloysius Jarot Nugroho
Jakarta, CNN Indonesia --

Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menjelaskan fenomena awan lentikular yang menyerupai awan topi yang melingkupi beberapa gunung di pulau Jawa pada Kamis (5/11) bukan pertanda terjadi badai di puncak gunung atau indikasi bakal terjadi bencana.

Pasalnya, beberapa netizen yang melihat fenomena awan topi yang terjadi di beberapa gunung di Jawa Tengah dan Jawa Timur ini

"Fenomena ini tidak berbahaya bagi pendaki karena tidak terjadi badai di sekitar awan tersebut," jelas Kepala Subbidang Prediksi Cuaca BMKG, Agie Wandala Putra saat dihubungi, Kamis (5/11).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Menurut Agie, pertanda badai di gunung bisa ditandai dengan munculnya awan kumulonimbus.

"Hitam gelap pekat dan berbentuk bunga kol," jelasnya.

Agie juga menjelaskan awan topi ini bakal lebih sering muncul pada musim peralihan seperti saat ini.

Selain itu, akun BMKG Stasiun Klimatologi Malang juga menjelaskan fenomena awan menyerupai topi yang melingkupi Gunung Panderman dan Gunung Arjuna bukan pertanda terjadi bencana alam.

"Awan lentikularis...tidak mengindikasikan fenomena lain seperti akan datangnya gempa atau bencana besar lainnya," cuit akun BMKG Stakli Malang.

Meski demikian, Agie mengingatkan awan ini menjadi pertanda suhu udara di puncak gunung akan lebih dingin dari biasanya karena suhu dingin menjadi salah satu pendukung pembentukan awan lentikular.

Selain itu, fenomena awan lentikular ini juga menjadi kendala bagi penerbangan yang akan melewati daerah tersebut. Hal ini karena gelombang gunung dan pusaran angin yang kencang dapat menyebabkan turbulensi ringan pada pesawat.

Kerap terjadi di gunung

Lebih lanjut, Agie menjelaskan awan lentikular terbentuk saat udara bergerak melewati pegununungan, sehingga mendapat pendinginan yang cukup untuk terjadi kondensasi.

Awan jenis ini biasanya ditemui di sekitar area gunung. Meski demikian, fenomena ini juga dapat terbentuk di atas dataran yang luas, karena perbedaan kecepatan angin pada berbagai lapisan akibat adanya pertemuan massa udara basah dan massa udara dingin.

"Di gunung terdapat sebuah mekanisme yang disebut gelombang gunung, salah satu tandanya adalah awan lentikular," tuturnya.

Awan lentikular memiliki karakteristik yang spesial karena posisinya tidak bergerak layaknya awan jenis lainnya dan berbentuk padat.

Awan jenis ini dapat berada pada lokasi yang sama dalam periode yang lama karena dukungan udara yang naik di atas pegunungan secara berkelanjutan, yang selanjutnya terkondensasi dan menghasilkan awan.

Terkait bentuk seringkali awan ini sering menyerupai lensa atau lingkaran pipih seperti payung layaknya gambar yang tersebar di media sosial. Hal ini karena awan lentikular dipengaruhi oleh topografi gunung dan tegak lurus terhadap arah angin.

Beberapa gunung sekaligus

Sebelumnya, warganet melaporkan terjadi fenomena awan lentikular yang terjadi di beberapa gunung di Jawa Tengah, Yogyakarta, dan Jawa Timur.

Beberapa gunung di Jawa Tengah yang dilaporkan ada penampakan awan lentikular yang menyerupai topi terjadi di Merapi.

Sementara gunung di Jawa Tengah yang dilaporkan terjadi di Lawu, Sumbing, dan Merbabu.

Laporan serupa juga tampak di kawasan gunung Arjuna-Welirang di Jawa Timur.

Menurut Agie, fenomena awan lentikular yang menyerupai topi dan terjadi bersamaan di beberapa gunung di Jawa terjadi karena kondisi ketidakstabilan atmosfer yang tinggi.

Agie lantas menunjukkan wilayah di Indonesia yang tengah mengalami ketidakstabilan atmosfer tinggi pada Kamis (5/11) pukul 07:00 WIB.

Menurut Agie, kawasan yang berwarna kuning menunjukkan ketidakstabilan atmosfer tinggi. Hal itu tampak di beberapa wilayah Jawa Tengah, Yogyakarta, Jawa Barat, dan sebagian wilayah Indonesia lain.

(eks)


[Gambas:Video CNN]
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER