Perdana Menteri Kanada Justin Trudeau berharap pemerintahan presiden Amerika Serikat terpilih, Joe Biden, akan terus menekan China untuk membebaskan dua warga negara mereka yang ditahan hampir dua tahun.
Dalam konferensi pers Senin (9/11) , Trudeau berkomentar bahwa pemerintahnya telah "bekerja sangat erat" dengan pemerintahan Donald Trump dan sekutu lainnya untuk menekan Beijing agar membebaskan dua warga Kanada itu.
"Saya sangat yakin bahwa pemerintahan Amerika yang akan datang akan terus menjadi mitra yang baik untuk Kanada dan negara lain di seluruh dunia, saat kami ingin memberi kesan kepada China bahwa pendekatan yang mereka ambil tidak berhasil (dan) pentingnya mengembalikan dua warga Kanada yang telah ditahan secara sewenang-wenang selama lebih dari 700 hari," kata Trudeau.
Beijing menahan diplomat Michael Kovrig dan pengusaha Michael Spavor karena dicurigai melakukan spionase pada Desember 2018. Penahanan dilakukan hanya beberapa hari setelah Kanada menangkap CFO Huawei, Meng Wangzhou dengan surat perintah AS.
Selain itu, dia juga mengkritik "diplomasi koersif" China dengan menyebutnya "tidak efektif dan sangat menyibukkan negara demokratis di seluruh dunia".
Dilansir AFP, penangkapan dua warga negara Kanada telah menjerumuskan hubungan Kanada-China ke dalam krisis yang belum pernah terjadi sebelumnya. Kabar Kovrig dan Spavor menghilang dalam sistem peradilan Beijing yang tidak jelas.
Selain mengutarakan harapan kepada Biden, Trudeau sebelumnya telah memberikan selamat kepada Biden melalui sambungan telepon yang kemudian dilanjutkan dengan membahas kerja sama memerangi pandemi Covid-19 dan perubahan iklim.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Trudeau adalah salah satu pemimpin negara pertama yang memberi selamat kepada Biden, yakni hanya kurang dari satu jam setelah media AS menyatakan kemenangannya pada Sabtu (7/11).
Dalam sebuah pernyataan, kantor PM Kanada mengatakan bahwa Trudeau adalah "pemimpin internasional pertama yang berbicara dengan presiden terpilih".
Kedua pemimpin berkomitmen untuk bekerja sama dalam bidang energi, migrasi, keamanan global, dan menyetujui pentingnya menangani rasisme anti-kulit hitam.
Trudeau juga menyatakan kepercayaannya pada sistem pilpres AS dan menolak mengomentari penolakan Trump terhadap kekalahan. Trudeau justru menuturkan bahwa dia akan terus bekerja dengan Trump dalam masalah bilateral hingga pelantikan Biden pada akhir Januari mendatang.
Tak hanya itu, dia juga merefleksikan tonggak bersejarah di AS yang memilih Kamala Harris sebagai wakil presiden.
"Melihat seorang perempuan, seorang perempuan kulit hitam dan Asia Selatan-Amerika terpilih sebagai wakil presiden AS berikutnya adalah sebuah inspirasi," ujarnya.
Tak lupa, Trudeau juga menyatakan apresiasinya kepada Biden karena bersedia kembali bergabung dalam Perjanjian Paris.
"Ini adalah tanda selamat datang bahwa presiden terpilih yang baru telah mengindikasikan bahwa perubahan iklim adalah prioritas utamanya," ujar dia.
Biden telah berjanji untuk bergabung kembali dengan Perjanjian Paris Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) tentang perubahan iklim setelah sebelumnya Trump menarik diri dari perjanjian itu.
Trudeau menambahkan bahwa dia berharap Biden dapat memuluskan beberapa hambatan perdagangan antara Kanada dan AS, termasuk perdagangan kayu lunak.
(ans/dea)