KALEIDOSKOP 2020

Susah Senang Hadapi Pandemi di Negeri Orang

CNN Indonesia
Senin, 28 Des 2020 07:03 WIB
WNI berbagi cerita hidup di negeri orang selama hampir setahun pandemi virus corona. Berdamai dengan keadaan, memendam rindu Tanah Air.
Ilustrasi pandemi virus corona di Jepang. (AP/Suo Takekuma)

Meski meluluhlantakkan perekonomian global dan menimbulkan berbagai tantangan baru, pandemi virus corona tampaknya menjadi berkat terselubung (blessing in disguise) bagi sejumlah WNI yang tinggal di Jepang.

Jepang merupakan salah satu negara yang tidak menerapkan penguncian wilayah (lockdown). Negeri Matahari Terbit hanya mengandalkan protokol kesehatan ketat untuk menekan angka penularan corona selama ini.

Dengan tetap menerapkan protokol kesehatan, Ardian Sanujaya, pria asal Bandung, memiliki banyak waktu untuk menjelajahi Jepang yang telah menjadi rumah keduanya sejak empat terakhir.

Ardian beruntung lantaran perusahaannya menerapkan sistem bekerja dari rumah (work from home) selama pandemi.


Konsultan di salah satu agensi di Tokyo itu mengaku menjadi memiliki banyak waktu untuk bepergian ke luar Tokyo demi melepas penat dari kesibukan di Ibu Kota selama ini.

"Mungkin awal pandemi sempat khawatir, tapi ternyata Jepang cukup cepat menerapkan new normal. Selama WFH saya curi-curi waktu untuk bepergian ke luar kota. Enak sekali, Tokyo lenggang, banyak tempat wisata juga lenggang di luar Tokyo," kata Ardian.

Hal serupa juga dialami Naya Marsatyasti, mahasiswi S2 di Department of Architecture and Building Engineering, Tokyo Institute of Technology.

Baru-baru ini, Naya beberapa kali memberanikan diri bepergian ke sejumlah museum dan makan di luar bersama teman-temannya.


Naya menuturkan meski Jepang tidak menerapkan pembatasan bepergian, mayoritas warganya tetap taat protokol kesehatan.

"Beberapa kali saya sempat main keluar, ke museum atau sekadar makan di luar bareng teman namun tetap dengan masker dan selalu mencari alkohol di tempat tujuan untuk langsung cuci tangan dan disinfeksi diri," kata Naya.

Naya menuturkan pemerintah Jepang bahkan meluncurkan kampanye pariwisata yang mendorong turis lokal untuk berwisata di dalam negeri.

"Museum dan galeri-galeri serta tempat rekreasi lainnya tetap buka tapi dibatasi jumlah pengunjungnya dalam satu waktu. Disneyland juga sudah buka kok. Saya bahkan sempat main ke Disneysea," tutur Naya.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Insert Artikel - Mengurangi Risiko Terinfeksi VirusFoto: CNN Indonesia/Fajrian


Di sisi lain, Naya menyayangkan bahwa pandemi ini membuat dirinya tidak dapat menikmati pengalaman belajar di kelas lantaran semua sistem belajar digelar secara online.

"Sebelum pandemi, saya masih bisa merasakan kuliah di kelas gitu, bisa ketemu teman, ngobrol, dan lainnya. Diskusi juga bisa leluasa. Setelah pandemi semuanya sistem daring dan saya jadi tidak bisa berinteraksi langsung dengan teman-teman saat kuliah. Padahal, itu salah satu alasan kenapa saya ingin meneruskan studi di luar negeri," kata Naya.

Stres di 'Kota Mati'

Sonya Michaella tak menyangka tahun-tahun pertamanya tinggal di Swiss harus dihabiskan menanti pandemi berakhir.

Perempuan mantan jurnalis salah satu media di Indonesia itu mengaku sempat sedikit stres di awal pandemi menyebar sebab Swiss memberlakukan lockdown yang ketat.

Niat Sonya dan suaminya, yang merupakan diplomat, untuk traveling keliling Eropa pun sedikit tertunda.


"Sedih karena orang tua ngga bisa ke sini akibat pandemi. Karena di sini benar-benar lockdown total dari Maret sampe Juni, itu bener-bener stres sih. Cuman boleh keluar untuk belanja grocery dan olahraga saja. itu juga harus memastikan bener-benar jaga jarak dari orang-orang dan hanya satu orang dari satu rumah yang boleh keluar," kata Sonya.

Perempuan yang tinggal di Jenewa itu menggambarkan Ibu Kota Swiss itu seperti kota mati saat lockdown masih diterapkan.

"Benar-benar ketat tidak boleh keluar rumah. Jalanan sepi seperti kota mati. Ketika lockdown yang boleh beroperasi hanya grocery store, apotik, pom bensin, kantor pos, dan bank" ujar Sonya.

(rds/dea)


[Gambas:Video CNN]

HALAMAN:
1 2
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER