Moderna
WHO juga disebut akan menyetujui vaksin dengan teknologi mRNA lainnya, Moderna, pada akhir Februari.
Vaksin buatan perusahaan farmasi asal AS itu sejauh ini telah mendapat otorisasi penggunaan di banyak negara Barat termasuk AS dan Uni Eropa.
Johnson & Johnson
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dokumen WHO juga menjelaskan bahwa pihaknya berharap bisa mengeluarkan otorisasi vaksin buatan Johnson & Johnson (J&J) paling cepat Mei atau Juni mendatang. Hingga kini, J7J belum mengungkap hasil uji klinis fase III vaksinnya.
Namun, Uni Eropa berharap J&J akan mengajukan persetujuan vaksin secepatnya pada Februari.
Sputnik V
Sejauh ini, WHO belum memaparkan kapan otorisasi penggunaan vaksin buatan Rusia, Sputnik V, bisa terbit. Padahal, pengembang vaksin Sputnik V, Institut Gamaleya, telah mengajukan permintaan otorisasi kepada WHO.
Rusia telah mendaftarkan vaksin Sputnik V ke lembaga pengurus obat nasional pada Agustus lalu. Langkah tersebut lebih dahulu ketimbang pengembangan beberapa kandidat vaksin lainnya dari negara Barat.
Rusia mengklaim efikasi vaksin Sputnik V mencapai lebih dari 90 persen. Sejak awal Desember, Rusia telah melakukan vaksinasi terbatas terhadap para pekerja medis dan guru.
Sejauh ini, vaksin Sputnik V sudah mengajukan persetujuan di Serbia, Belarus, Argentina, Bolivia, Aljazair, Paraguay, Venezuela, dan pemerintah Palestina.
Brasil menunda pemberian izin penggunaan darurat vaksin Sputnik V karena kekurangan data terkait efikasi.
Menurut keterangan Anvisa yang diumumkan melalui situs Kementerian Kesehatan Brasil, pemohon disebut tidak bisa memberikan bukti tentang tingkat keamanan vaksin Sputnik V dalam uji klinis tahap tiga, serta sejumlah masalah lain yang terkait dengan perusahaan pengembang.
(rds/evn)