Hari ini tepat 29 tahun lalu, mantan diktator Panama, Jenderal Manuel Antonio Noriega Moreno dijatuhi hukuman 40 tahun penjara oleh pengadilan Amerika Serikat, lantaran keterlibatannya dalam kasus penyelundupan narkoba dan pencucian uang.
Sebelum divonis, mengutip History, pada 30 Januari 1990, Noriega menyerahkan diri kepada pasukan AS, setelah sepuluh hari sembunyi di Kedutaan Vatikan di Panama.
Vonis itu menjadikan Noriega, sebagai kepala negara asing pertama yang dipidana oleh pengadilan AS.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Hakim yang menangani kasus Noriega, William M. Hoeveler, menolak argumen kuasa hukum pemimpin Panama itu yang menyatakan kliennya adalah tahanan perang, sehingga tak dapat diadili di AS.
William mengatakan, keputusan itu berdasarkan bukti-bukti kuat yang dikumpulkan selama tujuh bulan proses persidangan.
Noriega dituduh menyulap Panama menjadi tempat persinggahan pengiriman narkoba jenis kokain dari Amerika Selatan menuju Amerika Serikat. Dia juga menyembunyikan uang jatah dari para bandar narkoba di bank-bank Panama.
Noriega lahir di Panama pada 1938. Ia adalah prajurit yang loyal kepada Jenderal Omar Torrijos, yang merebut kekuasaan melalui kudeta pada tahun 1968.
Di bawah Torrijos, Noriega memimpin dinas intelijen G-2 yang terkenal kejam dan kerap meneror orang-orang yang mengkritik rezim Torrijos. Ia juga direkrut oleh Badan Intelijen Amerika Serikat (CIA), dan pada saat yang sama ia mengumpulkan pundi-pundi kekayaan dari hasil penyelundupan narkoba.
Pada 1983, dua tahun setelah Torrijos tewas dalam kecelakaan pesawat, Noriega mengambil alih kepemimpinan Garda Nasional dan menjadi pemimpin de facto Panama.
Selama dia berkuasa, pemerintahannya terkenal sangat korup dan menghalalkan kekerasan. Selain akrab dengan para sindikat narkoba Amerika Selatan, dia juga dilaporkan menjual rahasia negara AS ke Kuba dan Blok Timur.
Pada 1987, penduduk Panama muak dengan pemerintah yang korup. Mereka lantas menggelar aksi protes besar-besaran dan menuntut Noriega turun dari tampuk kekuasaan.
Noriega lalu mengumumkan darurat nasional, menutup saluran radio dan surat kabar dan memaksa musuh politiknya mengasingkan diri.
Lihat juga:Otoritas Panama Sita Empat Ton Kokain |
Di tahun yang sama, AS menghentikan bantuan ke Panama dan mempertimbangkan untuk ikut terlibat melengserkan Noriega.
Setahun kemudian yakni pada 1988, AS mulai mempertimbangkan mengerahkan kekuatan militer untuk memerangi perdagangan narkoba. Pada 1989, Noriega menyatakan perang dengan Amerika Serikat.
Tak lama setelah itu, seorang marinir AS dibunuh oleh tentara Panama.
Pada Desember 1989, AS akhirnya mengirim 13 ribu tentara untuk menduduki Kota Panama. Padahal sebelumnya sudah ada 12 ribu tentara yang dikirim.
Selama penyerbuan ke Panama, 23 tentara AS tewas dan lebih dari 300 lainnya luka-luka. Sementara Panama kehilangan sekitar 450 tentara dalam insiden itu.
Di tahun itu, Noriega digulingkan dengan bantuan Amerika Serikat. Satu tahun kemudian, Noriega menyerah pada tentara AS.
Pria yang dijuluki 'Muka Nanas' itu kemudian diterbangkan ke AS untuk menjalani pengadilan militer dalam kasus perdagangan narkoba dan pencucian uang.
Setelah dibebaskan dan kembali ke Panama, Noriega yang dulu kuat dan gagah tampak lemah. Dia harus menggunakan kursi roda dan mengidap berbagai penyakit.
Enam tahun lalu, Noriega menyampaikan permintaan maaf kepada masyarakat.
"Kepada siapa saja yang merasa tersinggung, terpengaruh, dirugikan atau dipermalukan oleh tindakan saya."
Sekelumit sepak terjang Noriega saat masa jaya kerap dinukil dalam berbagai film atau novel bertema spionase serta kejahatan.
Sang mantan jenderal akhirnya mengembuskan napas terakhir pada 29 Mei 2017 di Rumah Sakit Santo Tomas, Panama, seperti dikutip dari The New York Times.
(isa/ayp)