Sebanyak enam anggota kelompok milisi yang mendukung gerakan pro demokrasi meninggal dalam baku tembak dengan pasukan Myanmar di Kota Mindat, negara bagian Chin, pada Minggu kemarin.
Hal itu dibenarkan dalam pernyataan Tentara Pertahanan Chinland (CDF).
"Enam anggota kami yang mencoba melindungi rakyat di Mindat diserang tentara junta, dan mengorbankan nyawa mereka demi revolusi nasional," demikian isi pernyataan CDF.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Selain itu, CDF menyatakan sepuluh anggota mereka terluka dalam bentrokan dengan aparat keamanan Myanmar. Sedangkan lima penduduk kota Mindat saat ini ditangkap dan ditahan oleh tentara Myanmar.
Dalam keterangannya, seorang anggota CDF yang identitasnya dirahasiakan menyatakan mereka membakar truk pengangkut tentara kemudian menyergap serdadu Myanmar yang berpatroli. Militer kemudian membalas dengan menembaki kota itu dengan meriam.
Akibatnya, para milisi CDF terpaksa mundur ke hutan.
"Kami memutuskan mundur dari kota, tetapi kami akan kembali untuk menyerang. Kami hanya punya senjata rakitan dan ini masih belum cukup," kata anggota CDF itu.
Junta Myanmar lantas memberlakukan status darurat militer di Mindat sejak pekan lalu. Alhasil, penduduk setempat tidak ada yang berani keluar rumah karena takut menjadi sasaran tentara.
CDF terdiri dari warga sipil di negara bagian China yang mendukung gerakan pro demokrasi dan memutuskan angkat senjata melawan militer Myanmar.
Amerika Serikat dan Inggris mengecam militer Myanmar yang mengerahkan senjata dan memerangi warga sipil.
(ayp/ayp)