ANALISIS

Menelisik NATO yang Baru Serius soal Perubahan Iklim

CNN Indonesia
Kamis, 17 Jun 2021 17:08 WIB
Pertama kali dalam sejarah eksistensinya, Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO), mulai serius memasukkan persoalan global tentang perubahan iklim.
Ilustrasi militer koalisi NATO. (AP/Mosa'ab Elshamy)

Militer menjadi sebagai salah satu polutan terbesar yang bisa memicu kondisi lingkungan hidup dan kerentanan pemanasan global yang berakibat perubahan iklim.

Hasil kajian Stockholm International Peace Research Institute pada 2018 silam menemukan delapan dari 10 negara yang memiliki personel paling besar terlibat dalam operasi perdamaian di dunia menjadi area paling tinggi memicu perubahan iklim.

Selain itu, berdasarkan riset Neta Crawford dari Universitas Boston pada 2019 silam menyatakan emisi militer kerap dikecualikan dari target karbon negara. Sementara para ahli mengatakan negara-negara Uni Eropa minim melaporkan emisi dari militer nasional.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Sebuah studi yang dilakukan Parlemen Eropa berhasil mendapatkan kalkulasi bahwa jejak karbon dari pengeluaran militer negara-negara Eropa sekitar setara 24,8 juta ton karbon dioksida. Jumlah itu kira-kira sama dengan emisi CO2 yang keluar dari 14 juta mobil sekaligus.

Sebagai contoh besarnya pengaruh emisi dari militer negara NATO, seorang ahli pertahanan di Jerman menyatakan tank tempur negaranya seperti Leopard menghabiskan 400 liter diesel untuk menempuh jarak 100 km.

Oleh karena itu, penggunaan tank dalam perang pun berisiko berdampak pada pemanasan global.

Militer-militer negara anggota NATO juga disebutkan sudah lama menyadari bahwa perubahan iklim akan berimplikasi pada keamanan mencakup peningkatan imigrasi, banjir di pangkalan pesisir negara anggota dan kehadiran Rusia di Kutub Utara saat es laut mencair.

Namun, untuk mengurangi emisi pemanasan iklim dari penggunaan bahan bakar fosil, negara-negara anggota perlu melakuan reformasi. Pasalnya, NATO telah menetapkan standar bahan bakar bagi seluruh negara anggota aliansi itu.

Dengan berkomitmen untuk menghilangkan emisi karbon pada 2050, rencana NATO selanjutnya adalah menyelaraskan organisasi dengan jalur yang dapat mencapai tujuan Perjanjian Paris demi membatasi pemanasan global hingga 1,5 derajat Celcius (34,7°F).

Persekutuan militer Barat itu pun akan melakukan uji coba serta penelitian peralatan-peralatan perang yang menggunakan energi terbarukan.

(isa/kid)


[Gambas:Video CNN]

HALAMAN:
1 2
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER