Jakarta, CNN Indonesia --
Sehari setelah penggerebekan hingga penangkapan sejumlah petingginya oleh kepolisian Hong Kong, surat kabar Apple Daily tetap terbit meskipun dengan kondisi sumber daya terbatas, Jumat (18/6).
Pada edisi hari ini, halaman depan surat kabar prodemokrasi Hong Kong itu memampang headline dengan huruf besar: "Kita harus terus maju".
Halaman depan surat kabar yang dimiliki taipan Jimmy Lai--juga telah ditahan polisi dengan tuduhan bantuan finansial bagi kelompok demonstran- menampilkan foto lima petinggi yang dibawa polisi. Para petinggi redaksi itu dibawa polisi dalam penggerebekan yang menggunakan hukum baru tentang keamanan nasional.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dalam penggerebekan tersebut selain menangkap lima petinggi, termasuk Pemimpin Redaksi Ryan Law dan CEO Cheung Kim-hung, polisi pun menyita sejumlah ponsel staf dan komputer Apple Daily. Seperti dilansir AFP, setidaknya 44 materi hard disk terkait redaksi ikut dibawa polisi kemarin.
Dalam pernyataan medianya kemarin, Kepolisian Hong Kong mengonfirmasi soal surat perintah yang diterbitkan untuk mengumpulkan bukti, termasuk dari telepon dan komputer wartawan.
Kesibukan Redaksi Disaksikan Wartawan Media Lain
Tak patah arang, justru kembali bersemangat di tengah keterbatasan, staf-staf Apple Daily kembali bekerja.
Para staf di ruang redaksi hingga tim produksi pun berjibaku hingga tengah malam untuk mempersiapkan terbitan edisi hari berikutnya, Jumat--seperti yang dilakukan dalam 26 tahun terakhir grup media itu berdiri.
Namun, yang membedakan, malam itu kerja redaksi hingga tim produksi Apple Daily tak sendirian. Para wartawan dari sejumlah media lain pun hadir di sana untuk meliput ruang redaksi pascapenggerebekan polisi pada Kamis pagi.
Para jurnalis berkamera dari media-media massa lain itu pun lalu mengabadikan eksemplar surat kabar Apple Daily yang siap diedarkan ke masyarakat Hong Kong.
Tampilan headline surat kabar edisi tersebut menampilkan foto lima petingginya yang dibawa polisi dengan latar (background) hitam.
Tulisan headline dalam bahasa mandarin: "Polisi keamanan nasional menggeledah Apple, menangkap lima orang, menyita 44 hard disk materi berita."
Di bawahnya, dengan huruf kuning tebal, mereka mencetak "Kita harus terus maju". Itu adalah kalimat yang meluncur dari mulut Cheung Kim-hung kepada staf surat kabar tersebut saat dibawa dengan tangan diborgol polisi.
Bukan hanya tampilan halaman muka yang menunjukkan perlawanan pers saja. Untuk edisi tersebut, manajemen Apple Daily memutuskan untuk mencetak 500.000 eksemplar, dari biasanya hanya sekitar 80.000 eksemplar.
 Staf desain grafis surat kabar Apple Daily saat sedang bekerja mempersiapkan edisi Jumat (18/6/2021) pascapenggerebekan polisi pada Kamis (17/6/2021). (AP/Kin Cheung) |
Sold Out
Pencetakan atau produksi surat kabar edisi terbaru itu dilakukan lepas tengah malam, setelah proses di ruang redaksi selesai.
Kemudian, pascaproduksi, ratusan ribu eksemplar surat kabar itu disebarkan menggunakan truk hingga mobil boks ke kios-kios di seantero wilayah Hong Kong.
Warga Hong Kong pun menyambutnya, salah satunya di distrik Mong Kok, seperti dilansir Reuters, terlihat beberapa pelanggan yang mengerubuti kios, dan menghampiri pengecer koran.
"Anda tidak pernah tahu kapan koran ini akan mati," kata salah satu pembaca bermarga Tsang yang hanya memberikan nama belakangnya karena sensitifnya persoalan terkait Apple Daily ini.
"Sebagai warga Hong Kong, kita perlu melestarikan sejarah. Bertahanlah di sana selama kita bisa. Meskipun jalannya kasar, kita tetap harus berjalan, karena tidak ada jalan lain," imbuhhya.
 Warga mengantre untuk membeli surat kabar Apple Daily, Hong Kong, Jumat (18/6/2021) dini hari. (REUTERS/JAMES POMFRET) |
Kemudian pada Jumat pagi ini, dilaporkan beberapa kios koran di pusat Hong Kong bahkan sudah menjual habis edisi Apple Daily hari ini. Terlihat pula di salah satu kios yang menampilkan poster pesan: Dukung kebebasan pers.
"Biasanya kami menjual sekitar 60 eksemplar, tetapi malam ini kami baru saja menjual 1.800," ujar salah satu penjaga kios koran di Mongkok yang merupakan distrik kelas pekerja seperti dikutip dari AFP.
Dia yang enggan disebutkan identitasnya tersebut mengatakan pembeli sudah menunggu sejak dini hari, dan yang ia jual habis dalam beberapa jam saja.
"Sekarang kami sudah menjual semua. Kami sudah memesan 3.000 lagi, tetapi masih menunggu kepastian," kata penjual koran tersebut pada Jumat pagi ini.
Tam, seorang bankir berusia 40, mengaku tertarik untuk mendapatkan lebih awal edisi surat kabar Apple Daily hari ini pascapenggerebekan polisi kemarin.
"Saya tidak bermaksud melakukan apa pun dengan koran di tangan saya ini. Ini hanya untuk hati nurani saya," katanya seperti dikutip dari Reuters, Jumat.
Malam sebelumnya, Salah seorang staf di redaksi Apple Daily, Ng, mengatakan penggerebekan oleh polisi dan penangkapan petinggi surat kabar itu sebagai 'momen yang sangat menyedihkan bagi Hong Kong'.
"Jika kita tidak bisa bertahan, tidak ada lagi kebebasan pers," kata Ng sambil bekerja.
Selain menangkap lima eksekutif dan menyita puluhan diska keras terkait materi redaksi Apple Daily, kepolisian Hong Kong juga membekukan aset grup media itu senilai HK$18 juta (sekitar Rp33,3 miliar).
Sebagai informasi, penggerebekan Apple Daily adalah kali pertama dilakukan polisi Hong Kong ke kantor media massa dengan dalih pelanggaran hukum keamanan nasional. Hukum itu disebutkan didorong pemerintah China setelah lebih dari setahun gelombang prodemokrasi berlangsung di Hong Kong.
Negara-negara barat dari mulai Amerika Serikat, Uni Eropa, hingga Inggris pun mengecam atas penyerbuan aparat ke kantor media di Hong Kong itu.
Uni Eropa dan Inggris menyatakan penyerbuan itu menunjukkan China menggunakan hukum untuk menindak perbedaan pendapat daripada berurusan dengan keamanan publik. Sementara Amerika Serikat mengatakan penggunaan hukum 'selektif' secara sewenang-wenang yang menargetkan indendepensi media.
The World Association of News Publishers (WAN-IFRA) dan Forum Editor Dunia (WEF) menerbitkan pernyataan bersama yang meminta aparat segera membebaskan petinggi serta staf Apple Daily yang ditahan, juga membuka pembekuan aset Apple Daily.
"Undang-undang keamanan nasional sengaja disalahgunakan untuk menekan opini kritis, dan menargetkan mereka yang berbeda pendapat," ujar Direktur Eksekutif WAN-IFRA, Andrew Heslop.
"Pihak berwenang telah menyebarkan ketakutan dan mengecam media yang menggunakan hak mereka untuk kebebasan pers," imbuhnya.
 COO Apple Daily Chow Tat Kuen (kedua dari kanan) menjadi satu dari lima petinggi surat kabar itu yang ditahan polisi Hong Kong, 17 Juni 2021. (AFP/ANTHONY WALLACE) |
Di sisi lain, aparat Hong Kong menyatakan menggunakan langkah hukum, karena kebebasan pers yang digunakan telah melewati batas atau garis merah bagi keamanan nasional.
Kantor Komisaris Luar Negeri China dalam pernyataannya menegaskan undang-undang keamanan nasional melindungi kebebasan pers, tanpa mengabaikan 'kekuatan asing', dan untuk 'menjaga tangan mereka [kekuatan asing] jauh dari Hong Kong'.
Mengutip dari kantor berita China, Xinhua, Kantor Perlindungan Keamanan Nasional Pemerintah Rakyat Pusat di Daerah Administratif Khusus Hong Kong (HKSAR) menyatakan dengan tegas mendukung tindakan penegakan hukum polisi terhadap grup media Apple Daily, termasuk pengusutan hukum pada petinggi surat kabar tersebut.
HKSAR menegaskan berdasarkan undang-undang keamanan nasional di Hong Kong maka lembaga, organisasi, atau individu mana pun di wilayah tersebut harus mematuhinya.
"Dan tidak boleh terlibat dalam tindakan atau aktivitas apa pun yang membahayakan negara. keamanan," demikian ujar juru bicara HKSAR itu dalam rilisnya.
Selain itu mengutip dari China Daily, dalam konferensi pers kemarin, Kepala Keamanan Hong Kong John Lee mengatakan Apple Daily menyalahgunakan kegiatan jurnalistik sebagai alat untuk membahayakan keamanan nasional.
Ia pun menegaskan surat perintah penggerebekan hingga penahanan pun tak akan dikeluarkan pengadilan kepada polisi jika tak yakin ada alasan yang mendukung kecurigaan tersebut.
Seperti hak lainnya, kata dia, kebebasan pers bukannya tanpa batasan. Dan siapa pun yang terlibat dalam pelanggaran hukum tunduk pada penyelidikan, penangkapan, dan hukuman dalam proses yang semestinya.
Dalam jumpa pers tersebut, polisi mengatakan bahwa sejak 2019, Apple Daily telah menerbitkan lebih dari 30 artikel yang menyerukan negara-negara asing untuk menjatuhkan sanksi terhadap Hong Kong dan China daratan.