Jejak Pandemi Covid-19, dari Pasar hingga Mengepung Dunia

CNN Indonesia
Rabu, 04 Agu 2021 11:15 WIB
Sembilan belas bulan sudah dunia terkungkung pandemi Covid-19. Kini, virus serupa SARS itu telah menginfeksi lebih dari 200 juta orang.
Ilustrasi tenaga kesehatan. (AFP/ALBERTO PIZZOLI)
Jakarta, CNN Indonesia --

Sembilan belas bulan sudah dunia terkungkung pandemi Covid-19. Kini, virus serupa SARS itu telah menginfeksi lebih dari 200 juta orang di dunia di mana sekitar 4,25 juta orang meninggal akibat virus tersebut.

Meski asal usul kemunculannya belum diketahui secara pasti, virus novel SARS-CoV-2 ini diyakini pertama kali teridentifikasi di Kota Wuhan, China, sekitar Desember 2019.

Dalam timeline yang dirilis kantor berita Xinhua, Wuhan mengumumkan wabah pneumonia di kota pada 31 Desember 2019.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Pada 31 Desember, pemerintah Wuhan mengonfirmasi bahwa pejabat kesehatan tengah menangani belasan pasien yang menderita pneumonia misterius. Saat itu, belum ada bukti ilmiah bahwa penyakit ini menular antar sesama manusia.

China telah memberi Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) informasi terkait klaster pneumonia misterius tersebut namun belum mendeklarasikan itu sebagai wabah baru. Pada 9 Januari 2020, WHO mengumumkan bahwa virus corona misterius penyebab klaster pneumonia di Wuhan.

Tiga hari kemudian, media pemerintah China melaporkan kematian pertama akibat virus tersebut, yakni pria lansia berusia 61 tahun. Diketahui pria tersebut merupakan pelanggan setia pasar basah Huanan. Sebelum meninggal, pria tersebut juga diketahui sempat berkunjung ke pasar itu.

Tak lama, beberapa warga yang memiliki riwayat berkunjung ke pasar tersebut juga menderita penyakit serupa.

Sejak itu, Pasar Huanan diyakini menjadi tempat awal mula penularan virus corona antar-manusia terjadi. Virus corona sendiri disebut berasal dari hewan seperti kelelawar yang menular pada manusia. Namun, hingga kini belum ada penelitian yang dapat memastikan bagaimana asal mula virus corona yang ada pada kelelawar menular ke manusia.

Pada 13 Januari 2020, kasus pneumonia misterius serupa pertama terdeteksi di luar China yakni Thailand, Jepang, dan Korea Selatan. Saat itu, beberapa negara negara mulai mengencangkan ikat pinggang terkait risiko penyebaran virus corona.

Sekitar 23 Januari, pemerintah China mengisolasi Kota Wuhan yang berpenduduk 11 juta. Seluruh akses dari dan menuju ibu kota Provinsi Hubei itu ditutup demi menghentikan penyebaran virus corona.

Saat itu, sebanyak 17 orang dilaporkan telah meninggal di Wuhan akibat virus tersebut. Sebanyak lebih dari 570 kasus virus corona juga sudah terdeteksi di beberapa negara seperti Taiwan, Jepang, Thailand, Korea Selatan hingga Amerika Serikat.

Akhir Januari 2020, WHO mendeklarasikan darurat kesehatan dunia. Pada 2 Februari di tahun itu, seorang pria 44 tahun di Filipina meninggal setelah terinfeksi virus corona. Itu merupakan kematian pertama di luar China akibat virus corona.

Saat itu, sebanyak lebih dari 360 orang telah meninggal di China akibat virus corona.

Pada 5 Februari 2020, Kapal Pesiar Diamond Princess yang berlabuh di Jepang menjadi klaster baru corona. Kapal itu sempat dikarantina di tengah laut Jepang selama beberapa pekan sebelum para penumpangnya dievakuasi.

WHO pun akhirnya menamakan virus corona tersebut sebagai COVID-19 atau singkatan dari penyakit yang berasal dari virus corona tahun 2019 pada Februari 2020.

Dirjen WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus mengatakan nama itu dipilih untuk menghindari stigma terhadap ras tertentu, lokasi geografis, atau spesies hewan.

"Kami sekarang memiliki nama untuk penyakit ini [virus corona] yaitu Covid-19," kata Ghebreyesus di Jenewa.

Sekitar akhir Februari, Italia dan Iran menghadapi lonjakan penularan Covid-19. Kedua negara pun sempat menjadi episentrum Covid-19 di Eropa dan Asia setelah China.

Pada 2 Maret, Presiden Joko Widodo mengonfirmasi kasus pertama Covid-19 di Indonesia yang diderita dua warga dari Depok, Jawa Barat.

Sembilan hari kemudian ketika penularan Covid-19 terus melonjak di dunia, WHO mengumumkan virus corona sebagai pandemi.

Hanya dalam empat bulan, Covid-19 telah menginfeksi satu juta orang di seluruh dunia pada 2 April. Ketika AS dan beberapa negara di Eropa dan Asia mengalami lonjakan penularan Covid-19, tren penularan virus tersebut justru semakin menurun di China.

Pada 6 April, China pertama kali mencatat nihil kasus Covid-19 harian. Dua hari kemudian, pemerintah China mencabut lockdown nasional, termasuk Wuhan, secara bertahap.

Saat itu, sebagian besar negara juga menerapkan pembatasan pergerakan sosial di masyarakat, lockdown dan larangan masuk warga asing.

Di tengah krisis pandemi global, perselisihan AS dan China pun semakin sengit. Kedua negara saling menyalahkan soal penyebaran Covid-19. AS yang saat itu dipimpin Presiden Donald Trump bahkan memutus hubungan dengan WHO pada Mei 2020.

Langkah itu dilakukan Trump karena menganggap WHO terus membela China. Padahal, menurutnya, China menjadi yang bertanggung jawab atas pandemi yang mengurung dunia ini.

Sentimen anti-China bahkan warga Asia pun semakin tinggi selama pandemi. Beberapa warga keturunan China dan Asia di berapa negara, terutama negara Barat, mengaku mendapatkan diskriminasi lantaran disebut sebagai sumber penularan Covid-19.

Vaksin Senjata Dunia Lawan Covid-19

BACA HALAMAN BERIKUTNYA

HALAMAN:
1 2
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER