Kemitraan sektor keamanan baru antara Amerika Serikat-Inggris-Australia membuat Prancis meradang hingga menarik duta besar untuk AS dan Australia. Prancis dikabarkan kecewa dengan Australia yang membatalkan kesepakatan membeli kapal selam Prancis demi kapal AS.
Menteri Luar Negeri Prancis, Jean-Yves Le Drian mengaku pihaknya telah kecewa dan merasa "ditikung" AS setelah Negeri Paman Sam mengumumkan kemitraan baru dengan Inggris-Australia. Kemitraan baru itu akan mempersenjatai Australia dengan kapal selam bertenaga nuklir hingga sistem rudal tomahawk.
"Telah terjadi kebohongan, duplikasi, pelanggaran besar terhadap kepercayaan dan penghinaan. Ini tidak akan berhasil," kata Le Drian dilansir dari AFP, Minggu (19/9).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Akibat kesepakatan ini, Le Drian juga menilai Presiden AS Joe Biden tidak ubahnya seperti Presiden AS terdahulu, yakni Donald Trump. Padahal, menurut Le Drian baru-baru ini pihaknya dan AS telah mengerjakan kebijakan Indo-Pasifik yang koheren dan terstruktur untuk menghadapi kekuatan China.
"Keputusan brutal, sepihak, dan tak terduga ini mengingatkan saya pada apa yang dulu dilakukan Presiden Trump," jelasnya kepada Radia Franceinfo.
"Saya marah dan merasa sakit. Ini tidak dilakukan di antara sekutu," imbuh Le Drian seperti dikutip Reuters.
Prancis juga mengecam rencana kerjasama trilateral tersebut lantaran Australia telah lebih dulu menyepakati proyek ekspor kapal selam dengan Paris. Pada 2016, Australia telah memilih manufaktur kapal selam Prancis, Naval Group, untuk membangun armada kapal selam baru senilai US$40 miliar.
Rencana itu disebut menjadi salah satu kesepakatan pertahanan paling menguntungkan di dunia. Namun, kesepakatan itu jalan di tempat karena sejumlah syarat dari pihak Australia yang ingin sebagian manufaktur dan komponen kapal berasal dari negaranya.
"Ini benar-benar menikam dari belakang. Kami telah menjalin hubungan kepercayaan dengan Australia, kepercayaan ini telah dikhianati," ujar Drien.
Pasca pengumuman kerjasama tersebut, Prancis pun lantas langsung menarik duta besar mereka untuk AS dan Australia. Penarikan duta besar Prancis dari AS dan Australia yang notabene sebagai sekutu utama Prancis merupakan yang pertama kali dilakukan.
Le Drian menyebut penarikan duta besar itu dilakukan 'secepatnya' setelah menanggapi serius keputusan Australia dan AS tersebut yang diumumkan pada 15 September kemarin. Selain itu, Prancis juga membatalkan jamuan di rumah duta besarnya di Washington, AS yang dijadwalkan berlangsung pada Jumat (18/9).
Acara ini seharusnya merayakan ulang tahun pertempuran laut yang menentukan revolusi Amerika. Prancis berperan penting dalam peristiwa bersejarah itu.
Tak hanya Prancis, sekutu AS lainnya, Uni Eropa juga dikabarkan merasa kecewa lantaran tak dilibatkan dalam kemitraan baru yang dikenal dengan AUKUS itu.
(tfq/ard)