ISIS-K sebagian besar bermusuhan dengan Taliban. Kedua kelompok itu telah berjuang untuk memperebutkan wilayah, khususnya di Afghanistan timur.
Forbes melaporkan sejak 2017, ISIS-K telah bertanggung jawab atas sekitar 250 bentrokan dengan pasukan keamanan AS, Afghanistan, dan Pakistan.
Taliban telah mengambil alih ISIS-K di masa lalu. Menurut pengamat, menghilangkan musuh lama terbukti lebih sulit daripada rencana yang dilakukan kelompok itu.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Taliban juga melancarkan tindak kekerasan terhadap anggota ISIS-K dan dilaporkan menahan setidaknya 80 pejuang di Nangarhar yang merupakan basis kelompok radikal itu.
Lihat Juga : |
Kelompok itu mengklaim telah membunuh Ziyya Ul-Haq, yang dikenal sebagai Abu Omar Khoorasani, di penjara Pul-e-Charkhi. Taliban juga dituduh membunuh pemimpin ISIS dari Pakistan, Farooq Benglazai saat ia bepergian di Afghanistan barat daya.
Seorang penulis dan jurnalis yang melaporkan secara ekstensif perang AS di Afghanistan, Wesley Morgan, mengatakan ada ketakutan bahwa Taliban dapat melabeli berbagai kelompok sebagai Daesh (ISIS) sebelum mereka melakukan serangan selama beberapa dekade.
Meskipun sebagian besar kegiatan ISIS-K dilakukan di Nangarhar, wilayah tetangganya, Kunar terbukti menjadi provinsi yang penting untuk perekrutan anggota mereka.
Para ahli dan analis mengatakan interpretasi salafi tentang Islam yang dianut oleh beberapa penduduk Kunar lebih sepakat dengan pandangan garis keras yang dianut ISIS-K daripada mazhab Hanafi yang mayoritas dianut penduduk itu.
Taliban, kata Morgan, harus bertindak tegas terhadap pasukan ISIS-K agar terhindar dari bahaya yang sangat nyata: pembelotan.
Kepemimpinan Taliban tak mau pejuang yang tidak puas membelot agar ada tindakan terhadap ISIS-K, kata Morgan.
Ada preseden sejarah mengenai ketakutan ini. Salah satu pemimpin pertama pasukan ISIS-K di provinsi barat daya Helmand dan Farah adalah Mullah Abdul Rauf Khadem, seorang pembelot Taliban.
Sebelum pergi pada tahun 2014, Khadem terlibat di pemerintahan Taliban era 1990-an dan pemberontakan 20 tahun melawan pendudukan AS.
Morgan Said mengatakan, mengalahkan musuh yang tak terelakan akan jauh lebih menarik bagi Taliban daripada mencoba memutuskan hubungan dengan pasukan al-Qaeda yang masih ada di Afghanistan.
Menurut Morgan, mengalahkan ISIS-K adalah kepentingan Taliban. Hal tersebut akan menjadi indikasi yang jelas bahwa Taliban juga percaya pada kontraterorisme.
"Ini adalah cara untuk membangun niat baik internasional," kata Morgan.
Wakil direktur Program Asia di Wilson Center, Michael Kugelman, mengatakan risiko terorisme akan meningkat karena pemerintahan dipegang Taliban.
"Saya pikir Anda tengah melihat situasi di mana tak peduli jenis pemerintah apa yang akan kita miliki di Afghanistan. Risiko terorisme akan meningkat hanya karena Anda memiliki Taliban yang memegang kendali," ujarnya.
Taliban menunjuk pemimpin Haqqani, Sirajuddin Haqqani, menjadi menteri dalam negeri Afghanistan, yang bertanggung jawab atas kepolisian dan keamanan di negara itu.
Haqqani dikenal memiliki hubungan dengan Al-Qaeda. Dia ada dalam daftar paling dicari FBI dan ditetapkan sebagai teroris global.
Sementara posisi Menteri Pertahanan dijabat oleh Mohammad Yaqoob, anak pendiri Taliban, Mullah Omar.
"Jadi, jika Taliban ingin mengirim pesan kepada komunitas internasional bahwa mereka ingin mengambil langkah berbeda dari pemeritah yang dipimpin antara tahun 1996-2001, ini bukan awal yang terbaik," lanjut Kugelman.
Penyediaan tempat berlindung bagi Al-Qaeda oleh Taliban pada 1990-an, menjadi pemicu AS menginvasi Afghanistan setelah serangan 11 September.
Pada tahun-tahun sejak invasi AS, Haqqani telah mengerahkan taktik kekerasan sebagai wakil Taliban Afghanistan. Itu termasuk menggunakan regu kematian untuk eksekusi dan merilis video pemenggalan massal.
Anggota senior Tim Negosiasi Perdamaian Afghanistan, Nader Nadery, mengatakan ketakutan utama masyarakat internasional adalah kekuatan teroris di bawah naungan Taliban.
"Konsolidasi kekuatan semua kelompok teroris (di bawah) payung Taliban dan ruang yang disediakan Taliban untuk mereka."
Mengingat semua ini, bagaimanapun, ada banyak perhitungan yang harus mereka buat dalam menanggapi krisis kemanusiaan yang muncul di negara itu, lanjutnya.
Mereka akan membutuhkan uang. Dengan ekonomi yang sangat bergantung pada bantuan dan pemerintah yang 80 persen didanai oleh donor Barat, Taliban harus mempertimbangkan setidaknya beberapa kekhawatiran internasional.
"Jadi, tanda-tanda pembukaan tidak menggembirakan, tetapi kita harus bekerja dengan apa yang akan terjadi di hari-hari berikutnya dalam hal tindakan nyata."
(bac)