Sebuah rumah sakit di Brasil dikabarkan menguji obat-obatan untuk Covid-19 pasien lanjut usia tanpa persetujuan mereka. Pengujian ini dilakukan sebagai upaya validasi 'obat ajaib' pilihan Presiden Jair Bolsonaro.
Informasi ini didapatkan dari seorang dokter di rumah sakit dan diungkapkan oleh pengacaranya ke senator pada Selasa (28/9), dilansir CNN.
Lihat Juga : |
"Pasien lanjut usia yang sangat rentan diberitahu bahwa ada perawatan yang baik, tetapi mereka tidak tahu bahwa mereka digunakan sebagai kelinci percobaan," kata Pengacara Bruna Morato kepada para senator yang menyelidiki penanganan pandemi virus corona di Brasil.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Tujuannya adalah untuk menunjukkan bahwa ada pengobatan yang efektif melawan Covid-19."
Tak hanya itu, ia membeberkan bahwa sebanyak sembilan orang meninggal akibat tindakan uji coba obat itu. Namun, data mereka diubah untuk menyembunyikan penyebab kematiannya.
Lihat Juga : |
Morato, mewakili 12 dokter yang bekerja di Rumah Sakit Prevent Senior, mengatakan bahwa pihak rumah sakit mengancam dan memecat dokter yang tidak setuju dengan penggunaan 'obat Covid' usulan Bolsonaro.
Beberapa obat yang telah ditentukan yakni hidroksiklorokuin, eritromisin, dan ivermectin. Padahal, masih belum ada bukti ilmiah bahwa obat-obatan tersebut bermanfaat dalam mengobati Covid-19.
Morato juga menyampaikan bahwa dokter diinstruksikan untuk tidak menjelaskan pengobatan kepada pasien atau kerabat mereka.
Rumah Sakit Prevent Senior membantah tuduhan itu. Rumah sakit ini juga mengatakan bahwa rumah sakitnya memiliki rekor yang lebih baik dari rumah sakit lain, mengingat 'hanya' 7 persen dari 56.000 pasien Covid-19 yang dirawat di sana meninggal.
Pemilik dan Direktur Eksekutif Prevent Senior Pedro Batista mengakui bahwa grafik pasien yang diubah untuk menghapus referensi terkait Covid-19 setelah mereka dirawat selama dua minggu. Pengakuan ini disampaikan dalam kesaksian penyelidikan Senat pekan lalu.
Namun, ia membantah bahwa rumah sakitnya menguji obat yang belum terbukti pada pasien tanpa sepengetahuan mereka. Ia mengklaim obat yang dikonsumsi pasien telah disetujui oleh si pasien.
"Dokterlah yang meresepkan obat apa pun dan, pada saat itu, semua orang mengingat komentar dari (Presiden Bolsonaro) dan orang-orang berpengaruh lainnya, jadi ada banyak pasien yang meminta resep (obat itu)," kata Batista kepada para senator.
Sementara itu, Kementerian Kesehatan Brasil tidak memberikan komentar akan kabar ini.
Melansir NPR, Bolsonaro secara teratur mempromosikan penggunaan kembali obat-obatan yang tidak terbukti dan murah kepada hampir 40 juta pengikut media sosialnya.
Lihat Juga :![]() KILAS INTERNASIONAL Pertempuran Yaman hingga Harian Covid Singapura Lewati RI |
Sementara itu, pemerintah Brasil telah menghabiskan jutaan dolar untuk memproduksi, membeli dan mempromosikan pil seperti obat kutu ivermectin, klorokuin antimalaria, antibiotik azitromisin yang populer, serta antikoagulan, obat penghilang rasa sakit dan satu set vitamin.
"Itu bukan karena mereka percaya itu berhasil, tetapi karena itu adalah cara bagi mereka untuk melepaskan diri dari tanggung jawab mereka untuk mengendalikan pandemi," kata Ahli Epidemiologi Jesem Orellana, yang berbasis di Manaus, Fiocruz Amazônia.