Jakarta, CNN Indonesia --
Pengamat Filipina mengatakan pemilihan umum yang terjadi di negara itu seperti sirkus. Pasalnya, latar belakang calon dan kebiasaan rakyat dinilai gemar dengan pertunjukkan ketika kampanye tiba.
Musim Pemilu di Filipina dimulai hari ini Jumat (01/10). Proses pendaftaran akan berlangsung hingga sepekan, yang artinya berakhir pada 8 Oktober.
Mulai selebritas hingga mantan narapidana diperkirakan akan turut meramaikan persaingan itu untuk bersaing demi mendapat kursi presiden atau anggota dewan kota.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sementara pengganti Presiden Filipina Rodrigo Duterte, akan dipilih dalam pemungutan suara pada Mei mendatang.
Sebelumnya, Duterte telah mengumumkan akan mencalonkan diri sebagai wakil presiden. Hal ini karena konstitusi negara itu melarang presiden mencalonkan diri untuk masa jabatan kedua.
Diantara calon yang ada, putrinya yakni Sara Duterte menjadi kandidat terkuat dan anak mantan diktator Filipina yaitu Ferdinand "Bongbong" Marcos.
Prediksi tersebut tercermin dari peringkat kepuasan Duterte yang cukup, menurun tapi tak signifikan yakni 62 persen pada Juni lalu. Angka ini turun dua persen dibandingkan pada September 2016, yang sebesar 64 persen
Nama lain yang telah mengumumkan bakal mencalonkan diri sebagai presiden diantaranya, mantan aktor dan walikota Francisco Domagoso atau yang memiliki nama panggung Isko Moreno, dan mantan petinju legendaris Manny Pacquiao.
Kampanye pemilu di negara demokrasi yang terkenal kacau balau biasanya riuh dan bertabur bintang dengan para pesaing yang menggandeng selebritas untuk menarik massa.
Kandidat diharapkan tampil di atas panggung, dengan karisma, keterampilan menyanyi dan menari para kandidat yang lebih menjadi sorotan ketimbang kebijakan mereka.
"Ini adalah sirkus. Orang-orang memiliki perasaan dalam momen singkat ini, mereka adalah bos, dirayu oleh kandidat yang mereka tuntut agar bernyanyi, menari, bertindak sebagai badut," kata analis politik Tony La Vina kepada AFP, Jumat (1/10).
Musim pemilu ini bisa jadi kurang meriah, kata para analis. Namun demikian, mungkin sama mematikannya dengan beberapa politisi yang menggunakan kekerasan untuk melenyapkan saingan meski ada larangan senjata.
Kampanye sebagian besar akan terjadi di platform media sosial, prediksi La Vina. Mengingat lonjakan infeksi Covid-19 membatasi pertemuan massal.
Dekan Manila's Ateneo School of Government, Ronald Mendoza, mengatakan di negara yang mana kepribadian dan pengenalan nama adalah kunci untuk memenangkan suara, dapat meningkatkan peluang kandidat yang kurang dikenal.
"Jika Anda relatif bukan siapa-siapa dengan uang untuk media sosial dan beberapa pengikut, Anda mungkin benar-benar mendapatkan jumlah suara yang tidak sedikit," tambahnya.
Namun mereka akan menghadapi tantangan yang tak kunjung usai dalam politik Filipina dari klan-klan kuat yang mendominasi pos-pos nasional, provinsi, dan lokal tanpa adanya sistem kepartaian yang kuat.
Uang dan sumbangan besar sangat penting di negara yang dilanda kemiskinan, korupsi, dan budaya patronase bersejarah.
"Para pekerja Pemilu masih bisa pergi dari pintu ke pintu untuk membeli suara. Uang mengalir begitu saja seperti air," kata seorang pengamat politik Filipina sejak lama kepada AFP.
Ketika perebutan politik semakin intensif menjelang pembukaan pendaftaran, seorang analis, Richard Heydarian, mengatakan terlalu dini memilih calon pemenang dalam pemilihan presiden, yang kerap memiliki ketidakpastian.
"Ini hanya satu putaran, pertama melewati pos, tidak ada pemilihan putaran kedua. Yang perlu Anda lakukan adalah memenangkan lebih banyak suara daripada orang lain," kata Heydarian.
Banyak yang akan tergantung pada siapa yang akan mencalonkan diri, banyak yang akan tergantung pada berapa banyak yang akan mencalonkan diri, lanjutnya.
"Banyak yang akan tergantung pada debat presiden (dan) kejenakaan seperti apa yang akan dilakukan para kandidat," ucap Heydarian.
Sejauh ini, Duterte belum mengumumkan pengganti yang diinginkannya.
Banyak yang berharap Sara menjadi penerus. Ia juga kemungkinan akan melindungi Duterte dari tuntutan pidana di Filipina, dan jaksa Pengadilan Kriminal Internasional menyelidiki perang narkoba mematikannya.
Bahkan jika Sara melewatkan tenggat waktu 8 Oktober untuk pendaftaran, dia masih memiliki waktu hingga 15 November untuk mendaftar meski jelas terlambat, seperti yang dilakukan ayahnya pada tahun 2015.
"Dia dikenal sebagai 'Teflon Duterte' karena suatu alasan," kata analis Eurasia Group, Peter Mumford.
"Dia cenderung mengabaikan sebagian besar tuduhan pembunuhan di luar proses hukum atau tidak pantas," lanjutnya.
Dukungan presiden biasanya akan menjadi "ciuman kematian" bagi penerima, kata Jorge Tigno dari jajak pendapat Social Weather Stations.
Namun walikota kota selatan Davao, posisi yang dipegang ayahnya sebelum dia menjadi presiden, mengatakan dia tidak akan mencalonkan diri jika Duterte mencalonkan diri sebagai wakil presiden.
Itu mungkin taktik untuk menghasilkan publisitas karena orang Filipina mencintai kandidat yang enggan, demikian menurut profesor ilmu politik Universitas Filipina, Jean Franco.