Euforia Pemilu Filipina Disebut Mirip Sirkus

CNN Indonesia
Jumat, 01 Okt 2021 11:07 WIB
Suasana pemungutan suara pada Pemilu 2019 Filipina. (AFP Photo/Ted Aljibe)
Jakarta, CNN Indonesia --

Pengamat Filipina mengatakan pemilihan umum yang terjadi di negara itu seperti sirkus. Pasalnya, latar belakang calon dan kebiasaan rakyat dinilai gemar dengan pertunjukkan ketika kampanye tiba.

Musim Pemilu di Filipina dimulai hari ini Jumat (01/10). Proses pendaftaran akan berlangsung hingga sepekan, yang artinya berakhir pada 8 Oktober.

Mulai selebritas hingga mantan narapidana diperkirakan akan turut meramaikan persaingan itu untuk bersaing demi mendapat kursi presiden atau anggota dewan kota.

Sementara pengganti Presiden Filipina Rodrigo Duterte, akan dipilih dalam pemungutan suara pada Mei mendatang.

Sebelumnya, Duterte telah mengumumkan akan mencalonkan diri sebagai wakil presiden. Hal ini karena konstitusi negara itu melarang presiden mencalonkan diri untuk masa jabatan kedua.

Diantara calon yang ada, putrinya yakni Sara Duterte menjadi kandidat terkuat dan anak mantan diktator Filipina yaitu Ferdinand "Bongbong" Marcos.

Prediksi tersebut tercermin dari peringkat kepuasan Duterte yang cukup, menurun tapi tak signifikan yakni 62 persen pada Juni lalu. Angka ini turun dua persen dibandingkan pada September 2016, yang sebesar 64 persen

Nama lain yang telah mengumumkan bakal mencalonkan diri sebagai presiden diantaranya, mantan aktor dan walikota Francisco Domagoso atau yang memiliki nama panggung Isko Moreno, dan mantan petinju legendaris Manny Pacquiao.

Kampanye pemilu di negara demokrasi yang terkenal kacau balau biasanya riuh dan bertabur bintang dengan para pesaing yang menggandeng selebritas untuk menarik massa.

Kandidat diharapkan tampil di atas panggung, dengan karisma, keterampilan menyanyi dan menari para kandidat yang lebih menjadi sorotan ketimbang kebijakan mereka.

"Ini adalah sirkus. Orang-orang memiliki perasaan dalam momen singkat ini, mereka adalah bos, dirayu oleh kandidat yang mereka tuntut agar bernyanyi, menari, bertindak sebagai badut," kata analis politik Tony La Vina kepada AFP, Jumat (1/10).

Musim pemilu ini bisa jadi kurang meriah, kata para analis. Namun demikian, mungkin sama mematikannya dengan beberapa politisi yang menggunakan kekerasan untuk melenyapkan saingan meski ada larangan senjata.

Kampanye sebagian besar akan terjadi di platform media sosial, prediksi La Vina. Mengingat lonjakan infeksi Covid-19 membatasi pertemuan massal.



Modal Uang untuk Melenggang ke Arena Politik


BACA HALAMAN BERIKUTNYA
HALAMAN :