Jakarta, CNN Indonesia --
Baru-baru ini, kericuhan yang memicu korban jiwa pecah di Bangladesh usai adanya tuduhan penodaan Al-Qur'an yang diletakkan di lutut dewa Hindu, Hanoman, dalam rekaman sebuah video yang viral.
Insiden yang dipicu sentimen agama telah beberapa kali terjadi di negara tersebut. Pemicunya beragam, mulai dari dendam pribadi hingga pemaksaan masuk Islam atau islamisasi.
Video itu diduga direkam saat festival keagamaan Durga Puja. Sejak video itu menyebar luas pada Rabu (13/10), sejumlah aksi demonstrasi telah berlangsung.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kericuhan kali ini terjadi pada Jumat (15/10) lalu, setelah ratusan umat Muslim bergerak usai melaksanakan salat Jumat. Lebih dari 200 pengunjuk rasa itu menyerang kuil Umat Hindu. Ketika itu, mereka tengah mempersiapkan upacara festival Durga Puja.
Massa kemudian memukuli dan menikam seorang anggota eksekutif komite kuil hingga tewas.
Sejauh ini, tercatat ada enam orang yang tewas dalam rentetan aksi massa tersebut. Dua orang di antaranya meninggal dunia dalam aksi pada hari Jumat.
 Kericuhan di Bangladesh akibat video Al-Qur'an di kaki Hanoman, salah seorang dewa Hindu. (AFP/Munir Uz Zaman) |
Sebanyak empat orang meninggal akibat luka tembak saat polisi berusaha mengamankan massa pada Rabu. Di hari ini, dilaporkan sekitar 500 orang menyerang satu kuil Hindu di Hajiganj.
Ini bukan kali pertama bagi komunitas Hindu di negara mayoritas Muslim itu mengalami kekerasan.
Sebelumnya, pada Juli lalu, kelompok Islam radikal menyerang komunitas Hindu sekitar pukul 09.00 pagi waktu setempat. Insiden itu terjadi di Kalabari Union Parakata Bazar di Kotalipara, distrik Gopalganj, Bangladesh.
Mereka juga menggeledah toko-toko dan rumah umat Hindu. Kelompok itu juga bersumpah akan membuat umat Hindu menderita di hari Iduladha.
Menurut laporan DD News, yang dikutip Opindia, lebih dari 50 orang mengalami luka-luka, termasuk polisi.
Menurut laporan Minority Right Group International, sejak 2013, Bangladesh dilanda serangkaian insiden kekerasan yang menargetkan agama minoritas seperti umat Hindu, Buddha, dan Nasrani.
Simak sejarah konflik Islam-Hindu di Bangladesh selengkapnya di halaman berikutnya...
Di tahun tersebut, islamisasi terhadap umat Hindu di Bangladesh juga pernah terjadi. Pemaksaan itu dilakukan oleh politisi Islam sekaligus Wakil Presiden partai politik Jamaat-e-Islami, Delwar Hossain Sayeedi.
Delwar kemudian didakwa dengan 16 tuduhan termasuk pembunuhan, penjarahan, pembakaran, pemaksaan, dan dijatuhi hukuman mati.
Beberapa pekan usai dakwaan itu, sejumlah properti milik umat Hindu, baik toko ataupun rumah, dan kuil diserang hingga dibakar oleh pendukung partai Jamaat yang dianggap sebagai serangan balasan.
Kekerasan itu lalu menyebar ke seluruh negeri. Tercatat, lebih dari 50 kuil diserang dan lebih dari 1.500 rumah dihancurkan.
Kemudian pada 2014, seorang guru Muslim diduga menjebak rekannya yang beragama Hindu yang dipicu oleh dendam pribadi. Dia sengaja membuat akun palsu atas nama rekannya itu, dan mengunggah komentar hinaan berkenaan dengan Islam.
 Ilustrasi. Berbagai macam hal memicu konflik Islam-Hindu di Bangladesh, mulai dari dendam pribadi hingga islamisasi. (AP Photo/Mahmud Hossain Opu) |
Ia lalu memobilisasi sekitar seribu penduduk untuk menyerang umat Hindu. Akibat insiden itu, 10 orang terluka dan 32 rumah hancur.
Tak hanya menjadi sasaran serangan antarkomunitas, umat Hindu di Bangladesh juga menjadi target kelompok ekstrimis. Pada 5 Desember 2015, serangkaian ledakan terjadi saat upacara ritual keagamaan Hindu di Dinajpur. Akibat serangan itu, enam orang terluka.
Selang beberapa hari, kuil lain di Dinajpur diserang oleh kelompok milisi bersenjata yang juga membawa bom. Sebanyak 9 orang terluka dalam insiden tersebut.
Lalu, pada 2016, kerumunan massa merusak lima kuil Hindu dan menyerang permukiman akibat unggahan di Facebook yang mengejek salah satu tempat suci bagi umat Islam.
Penindasan umat Hindu di Bangladesh tak banyak berubah dalam sejarahnya, baik saat masih menjadi bagian Timur Pakistan atau sejak negara itu merdeka. Mereka menjadi target selama Perang Pembebasan Bangladesh, sementara Pakistan menyalahkannya atas pemisahan wilayah itu.
Imbasnya, kelompok minoritas Hindu menjadi target eksekusi kekerasan, diperkosa, hingga pelanggaran hak.
Tak hanya dipicu agama, mereka juga kerap menjadi sasaran ancaman dan serangan saat pagelaran politik akan digelar. Misalnya, menjelang pemilihan umum.