Aturan serupa sebetulnya bukan hal baru di Saudi. Tri bercerita saat ia masih bekerja di sebuah hotel pada 2017 silam. Saat itu, salah satu koleganya yang berasal dari Libanon mengenakan bikini saat bertemu bosnya di pantai pulau pribadi di Al Khobar.
Tri menilai, tertutupnya Saudi dan minimnya ekspos menjadikan hal tersebut seperti sesuatu yang baru.
Ramainya pemberitaan mengenai kebebasan pakaian di beberapa tempat wisata Saudi tentu menuai pro-kontra.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menurut Tri, bagi mereka yang pro lantaran membutuhkan tempat untuk rekreasi.
"Itu sih sebenarnya tujuan mereka," katanya,
Namun bagi yang kontra, mereka tak punya tempat untuk menyuarakan keluhannya. Sebab beberapa tempat sifatnya pribadi, kata Tri.
"Karena ini dilindungi banget ya. Misalnya oleh orang-orang penguasa. Jadi kaum minoritas tidak terekspos atau terdengar suara-suaranya."
Pemerintah juga, kata Tri, tak akan menanggapi pemberitaan itu selama tidak mengganggu kawasan atau negaranya. Mereka akan tutup telinga.
Sebelumnya, Arab Saudi membuka sebagian kawasan destinasi wisata dengan melonggarkan beberapa aturan.
Hal tersebut menggemparkan lantaran Saudi dipandang sebagai negara yang konservatif. Beberapa wisatawan mengaku senang dengan aturan baru itu.
Mereka bisa menari dengan pasangannya di atas pasir putih di tepi Laut Merah dengan iringan musik tanpa rasa takut. Padahal sebelum tahun 2017, musik dilarang pemerintah Riyadh.
(isa/bac)