ANALISIS

Kenapa Arab Saudi Kini Makin Getol Impor Sekularisasi?

CNN Indonesia
Kamis, 13 Jan 2022 09:15 WIB
Arab Saudi beberapa tahun belakangan ini mulai getol mengimpor sekularisasi di negara mereka, apa yang melandasi perubahan tersebut?
Gemerlap malam tahun baru di Arab Saudi. (REUTERS/AHMED YOSRI)

Profesor Kajian Timur Tengah dari Universitas Indonesia, Yon Machmudi beberapa waktu lalu menuturkan Arab Saudi sedang mencoba mengubah sumber keuangan mereka dari minyak ke sektor lain.

Adapula cerita seorang warga yang mengunjungi salah satu pantai Saudi menggunakan bikini. Selain itu, warga pergi bersama kekasih mereka ke pantai Saudi.

Beberapa pelonggaran yang terjadi dalam kehidupan masyarakat Saudi ini tak lepas dari rencana investasi negara itu.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Ini kan karena berkaitan dengan program pemerintah, di Arab Saudi ada visi 2030. Bagaimana Arab Saudi tidak lagi secara ekonomi bergantung dengan minyak, tetapi melakukan semacam diversifikasi di sektor lain, termasuk juga mengundang banyak investor ke dalam Saudi dan membuka tempat-tempat wisata baru," ujar Yon ketika diwawancara CNNIndonesia.com, Rabu (8/12).

"Sektor hiburan dan pariwisata juga menjadi alternatif baru bagi pendapatan negara," kata Yon kepada CNNIndonesia.com, Kamis (16/12).

Yon juga menyampaikan, pangeran Arab Saudi kini, Mohammed bin Salman (MBS) ingin memodernisasi negaranya.

"Ini karena kebijakan MBS yang ingin menjadikan Saudi negara modern dan menjadi tempat nyaman bagi para pengunjung dari Barat," tutur Yon saat dihubungi CNNIndonesia.com, Kamis (16/12).

Ia juga menuturkan, MBS mulai merevisi aturan keagamaan yang konservatif.

Pengamat Timur Tengah dari Universitas Muhammadiyah Riau (UMRI) Fahmi Salsabila juga memiliki pandangan yang sama.

"Jadi sebetulnya dia membuka kawasan wisata, membuka investor asing untuk masuk ya memang secara ekonomi. Arab Saudi membuat kebijakan itu agar tak lagi bergantung pada minyak," tutur Fahmi saat diwawancara CNNIndonesia.com, Rabu (12/1).

Selain itu, Fahmi menilai MBS, yang kini lebih banyak menjalankan pemerintah Saudi dibandingkan raja Salman, ingin membuat kawasan wisata demi mendongkrak keuangan.

"Mungkin pemikiran MBS, menurut saya, itu mungkin ingin membuat semacam kawasan wisata, yang di situ banyak turis asing bisa masuk dan mendatangkan devisa," katanya menambahkan.

Fahmi juga mengatakan, ada kawasan 'berhantu' yang digunakan untuk pembangunan wisata di Arab Saudi ini.

"Bahkan di kawasan Al Ula dan Mada'in Saleh, kawasan yang dalam sejarahnya orang Arab sendiri jarang (pergi) ke sana. Ada kisah ketika Nabi Muhammad lewat situ. Beliau tidak mau minum dari daerah itu, bergegas untuk segera meninggalkan daerah tersebut, tanpa menoleh kanan-kiri," ucap Fahmi.

"Bahkan ada yang menyebut itu kota hantu, karena tidak ada penghuni, dan juga Nabi Muhammad dikisahkan tidak mau singgah, tidak mau minum. Sekarang oleh pemerintah Arab Saudi, (daerah) itu sedang dibangun kawasan wisata," ia menambahkan.

Ia juga menuturkan kedua kawasan ini merupakan bekas peninggalan kaum Tsamud dan sudah direnovasi besar-besaran untuk menjadi daerah wisata.

Kesulitan Saudi untuk Jadi Lebih 'Sekuler'

Meski pemerintah Arab Saudi mencoba melepas ketergantungan minyak mereka dengan cara modernisasi, polemik akan perubahan ini tak terhindarkan.

Dalam kasus tari samba, beberapa pihak menilai para penari menggunakan pakaian yang terlalu terbuka.

Kasus ini dimulai saat video yang menunjukkan tiga orang asing penari samba menampilkan gerakan mereka di jalan utama Jazan, beredar di media sosial. Tarian ini merupakan bagian dari Festival Musim Dingin Jazan.

Para penari perempuan ini menggunakan kostum khas Brasil yang penuh warna. Selain itu, bagian tangan, kaki, dan perut penari juga cukup terbuka. Walaupun demikian, keterbukaan kostum tarian samba di Saudi tak sebanyak keterbukaan kostum penari di karnaval Rio de Janeiro.

Kostum yang terbuka ini menuai respons negatif. Beberapa netizen marah dan menuntut hukuman pertanggungjawaban dari gelaran tersebut.

Namun, salah satu pengguna Twitter, Ahmad al-Saneh, memiliki penilaian yang berbeda. Al-Saneh tak menganggap pakaian para penari tersebut sangat tidak sopan.

Tentu bukan perkara mudah untuk menjadikan Saudi lebih terbuka terhadap budaya populer dan barat. Pasalnya, nilai-nilai konservatif masih kuat diusung sebagian kalangan di sana.

Nilai-nilai itu sudah telanjur melekat kuat berabad-abad. Kebijakan MbS yang cenderung memaksakan keterbukaan secara kaku pun bukan tidak mungkin kerap menghadirkan benturan di akar rumput.

(pwn/bac)


[Gambas:Video CNN]

HALAMAN:
1 2
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER