Jakarta, CNN Indonesia --
Mafia Italia terkenal sebagai organisasi kriminal kelas kakap yang brutal dan licin.
Kejahatan para mafia Italia sudah menjadi rahasia umum, namun pihak berwenang masih kesulitan membekuk sindikat kriminal ini.
Bermula dari klan keluarga yang berubah menjadi sindikat kriminal global, mafia Italia kini diperkirakan memiliki anggota lebih dari 25 ribu orang dengan 250 ribu afiliasi yang tersebar di seluruh dunia menurut Biro Investigasi Federal Amerika Serikat (FBI).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Saat ini, setidaknya ada empat sindikat mafia yang paling berpengaruh di Italia bahkan Eropa mulai dari sang pelopor Cosa Nostra atau Mafia Sicilia, Camorra, 'Ndrangheta, hingga Sacra Corona Unita.
Uang dan kekuasaan menjadi tujuan utama mafia Italia. Beberapa sindikat mafia ini bahkan meraup pendapatan hingga ratusan triliun rupiah setiap tahunnya dari praktik ilegal yang mereka lakukan di dalam negeri hingga luar negeri.
FBI memperkirakan total pemasukan keempat sindikat mafia Italia mencapai US$100 miliar (Rp1.437 triliun) setiap tahun. Kekayaan itu didapat para sindikat mafia dari praktik kejahatan seperti kartel narkoba hingga ke luar negeri, penyelundupan orang, pemerasan pejabat, perdagangan senjata, alkohol, rokok, hingga prostitusi.
Jurus Mafia Cari Cuan
Beberapa kelompok mafia juga disebut turut menjalankan bisnis guna memutar uang mereka dan menambah pundi-pundi organisasi.
Salah satu sindikat mafia terbesar di Italia dan dunia saat ini, 'Ndrangheta, disebut memiliki pendapatan hingga sekitar Rp863 triliun per tahun pada 2013 lalu. Jumlah kekayaan itu melebihi total gabungan pendapatan Deutsche Bank dan McDonald's.
Beberapa klan mafia Italia beroperasi hingga ke berbagai penjuru dunia, bersaing dengan mafia-mafia yang sama kejamnya dari negara lain seperti Rusia, China, hingga Albania.
Sindikat mafia biasanya membuka sampingan praktik bisnis sah untuk mencuci keuntungan dari kejahatan-kejahatan mereka.
Menurut laporan lembaga think-tank Italia Demoskopika, yang dikutip dari laman resmi Proyek Pelaporan Kejahatan dan Korupsi Terorganisir (OCCRP), keuntungan tersebut berasal ke tiga kelompok mafia besar Italia, yakni Mafia Sicilia (Cosa Nostra), Mafia Camorra, dan 'Ndrangheta.
Mereka juga memberikan keuntungan ini kepada beberapa kelompok kriminal kecil di wilayah Puglia dan Lucania.
Mafia Sicilia sendiri merupakan pelopor gerakan mafia lain di dunia. Kelompok ini memiliki kode 'omerta,' yang mana adalah kode rahasia sebagai syarat menjadi anggota. Kode tersebut kerap dikaitkan soal kode kesetiaan para anggota mafia, dikutip dari BBC.
Bagi anggota mafia yang kepergok melanggar kode kesetiaan apalagi berkhianat, mereka akan disanksi hingga mengalami penyiksaan sampai nyawa taruhannya. Anggota keluarga juga tak lepas target "hukuman" jika ada anggota yang berani berkhianat.
Berlanjut ke halaman berikutnya >>>
[Gambas:Video CNN]
Pemerasan hingga Pembunuhan Pejabat
Mengutip The Conversation, mafia Italia juga tak takut melancarkan serangan kepada politikus.
Dalam studi berjudul 'Organised Crime, Captured Politicians and the Allocation of Public Resources,' dikatakan alasan mafia sering mengancam politikus adalah karena mereka ingin mendapatkan kontrak dari pemerintah dalam bisnis pengelolaan sampah, konstruksi, dan layanan publik lain.
Dari bisnis ini, mafia disebut meraup banyak keuntungan.
Mafia bekerja layaknya "pemerintah bayangan" di wilayah-wilayah kekuasaannya yang sebagian besar tersebar di selatan Italia.
Masing-masing Mafia Italia membentuk aturan dan hukum sendiri, memungut pajak, memungut tarif air dan sumber daya lainnya melalui pemerasan. Sebagai gantinya, para sindikat kriminal itu memberikan jaminan keamanan dan sosial bagi para warga.
Namun, jika ada yang berani melawan hukumnya, para mafia tak segan menghilangkan nyawa orang.
Sindikat Mafia Italia juga kerap menyasar para pengusaha dan politikus lokal untuk menagih "pajak" sebagai jaminan keamanan layaknya preman. Namun penampilan para mafia tidak urakan bak preman. Mereka juga bermain pintar sehingga praktik kejahatannya sulit diendus polisi dan penegak hukum.
Menurut Badan Uni Eropa untuk urusan Kerja Sama Penegakkan Hukum (Europol), mafia Italia bahkan mampu memanipulasi hasil pemilihan umum dan menempatkan orang-orang mereka di posisi penting pemerintahan dan daerah yang jauh dari wilayah kekuasaannya.
"Memanfaatkan celah legislatif dan menggunakan jasa administrator dan profesional yang korup, mereka (mafia) mencuci uang dan mengelolanya," bunyi laporan Europol tahun 2013.
Para mafia tak jarang "menyusupkan" orang-orangnya dalam lembaga pemerintah daerah supaya praktik kejahatan mereka tetap aman dan berjalan sesuai keinginan mereka.
Uni Eropa bahkan mengakui sindikat mafia Italia merupakan ancaman keamanan nyata bagi blok tersebut.
Terhitung sejak 1991 hingga 2018, kepolisian Italia membubarkan 266 dewan kota karena memiliki koneksi dengan sindikat mafia.
Menurut pengamat dari Universitas Bocconi, Gianmarco Daniele, politikus yang mengganggu kepentingan bisnis mafia tersebut kerap diberangus.
Mafia seringkali melakukan serangan fisik, pembakaran, dan memberikan ancaman untuk lawan mereka. Tak sedikit pejabat dan konglomerat yang dibunuh oleh sindikat mafia karena dianggap mengusik kepentingan mereka.
Daniele juga menuturkan setidaknya ada 1.191 serangan mafia terhadap politikus yang terjadi antara 2013-2015. Meski demikian, kasus penyerangan politikus ini tak ada yang mengenai pejabat nasional.
Mafia Italia disebut lebih suka menargetkan pejabat lokal karena kembali kepada tujuan awal, ingin menguasai daerah atau wilayah, bukan negara. Sementara itu, sebanyak 310 orang yang menjadi target mafia dalam kurun waktu tersebut adalah wali kota di Italia.
Berlanjut ke halaman berikutnya >>>
[Gambas:Photo CNN]
Bisnis Wisata, Narkoba, hingga Praktik Tengkulak
Medio 1970, Mafia Italia tak hanya mengedarkan narkoba, tapi juga memproduksi obat-obatan itu. Kala itu, sebanyak 30 persen heroin yang ada di Amerika Serikat diproduksi di Sisilia.
Dari 1978 sampai 1983, Mafia Sicilia membunuh lebih dari 1.000 orang. Ratusan orang juga dibunuh pada awal 1980-an. Sementara itu, jumlah pembunuhan mulai berkurang secara signifikan sejak pertengahan 1990-an.
Salah satu mafia terbesar dan paling berpengaruh saat ini, 'Ndrangheta, bahkan diklaim menguasai 80 persen perdanganan kokain di Eropa.
Menurut OCCRP, Mafia Italia juga disebut mendapatkan keuntungan hingga US$2,6 miliar atau setara Rp37 triliun pada 2020 karena berhasil menyusup ke bisnis pariwisata negara Eropa itu.
Kini, mafia Italia juga memanfaatkan pandemi Covid-19 untuk meraup keuntungan. Awalnya, mafia menawarkan pinjaman dan bantuan makanan bagi keluarga miskin.
Menurut pengacara Scaramella, para mafia memberikan pinjaman dengan tingkat yang tak jauh berbeda dengan bank, kemudian menjebak warga dengan menaikkan bunga pinjaman hingga 300 persen, dikutip dari Reuters.
Federico Cafiero De Raho, jaksa anti-mafia Italia, mengatakan agennya telah menyadari aktivitas aneh di Naples yang melibatkan klan Camorra. Kelompok mafia itu memberikan makanan gratis kepada keluarga yang kekurangan uang akibat penguncian (lockdown).
Salah satu jaksa ternama Italia, Nicola Gratteri, mengatakan mafia sangat bersedia membantu menyelamatkan bisnis masyarakat atau membantu membangun ulang bisnis.
"Mafia dapat membeli properti tersebut (jika pinjaman tak terbayarkan) dan menggunakannya untuk mencuci uang," kata Gratteri.
"Mafia menginginkan lebih sedikit jaminan terkait pinjaman, karena untuk mereka, jaminan terpenting adalah hidup korbannya."
Mengutip The Guardian, mafia Italia juga tak segan membunuh para musuhnya dari sindikat mafia lain.
Pada 23 Mei 1992, bos mafia meletakkan 300 kilogram bahan peledak untuk membunuh hakim anti-mafia, Giovanni Falcone.
Saat konvoi mobil Falcone mendekat, bom diledakkan dan menewaskan Falcone, istrinya, dan tiga orang pengawal.
Falcone sendiri merupakan musuh bebuyutan Mafia Cosa Nostra. Kurang dari dua bulan, Paolo Borsellino, kerabat Falcone yang juga adalah hakim, terbunuh dalam serangan bom mobil dengan lima orang lain di Palermo.
Sejak kematian Falcone dan Borsellino, kepolisian Italia telah menangkap lebih dari 4.000 anggota mafia. Sebanyak 361 ditangkap di 2011 dan 300 lainnya di 2014. Salah satu penangkapan terbesar yang dilakukan Italia adalah ketika Toto Riina, salah satu bos mafia terkejam di sindikat Cosa Nostra, berhasil dibekuk pada 1993 lalu.
Riina merupakan orang yang memerintahkan pembunuhan para hakim di Italia dan 150 pembunuhan lain. Ia ditangkap pada 1993 dan dijatuhi hukuman seumur hidup.
Pada November 2017, Toto Riina meninggal dunia di penjara setelah dalam kondisi koma karena induksi medis. Induksi ini dilakukan untuk perawatan kanker yang ia derita sejak lama.