Sikap 'penolakan' Saudi bukan kali pertama. Pada awal Februari lalu, pejabat Saudi juga menolak seruan untuk memompa lebih banyak minyak.
Menurut laporan The Guardian, mereka mengatakan akan tetap berpegang pada perjanjian produksi yang sudah disepakati Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC), yang salah satu anggotanya adalah Rusia.
Pelarangan impor minyak dari Rusia membuat harga minyak mencapai US$130 atau sekitar Rp1,8 juta per barel.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Secara ekonomi, lanjut Ubaedillah, perang Rusia-Ukraina berdampak pada lonjakan harga minyak. Hal ini, menguntungkan negara-negara produsen minyak seperti Saudi.
Meski demikian, negara-negara Arab, katanya tak akan mengecam atau menyudutkan Rusia dalam waktu dekat menyoal krisis di Ukraina.
"(Sebab) secara internal tidak menguntungkan bagi kerja sama yang tengah berjalan antara Rusia dan Saudi, UEA. Akan makin berdampak buruk tentunya jika Rusia makin disudutkan oleh negara-negara Timur Tengah," jelas dia.
Meski begitu, lanjut dia, Saudi telah menawarkan perdamaian kepada Rusia-Ukraina, tanpa melibatkan Amerika Serikat.
Ukraina berada dalam gempuran Rusia usai mereka memutuskan invasi pada 24 Februari lalu.
Pasukan Moskow tak segan menggempur rumah sakit bersalin, apartemen dan fasilitas sipil lain. Padahal di awal invasi, Kementerian Pertahanan Rusia mengklaim hanya menargetkan instalasi militer. Namun hingga kini mereka terus menyerang area-area sipil bahkan saat warga evakuasi.
Komunitas internasional pun geram akan sikap Moskow, mereka ramai-ramai menjatuhkan sanksi ekonomi. Rusia lalu membalas dengan mengeluarkan daftar hitam pejabat hingga tokoh AS. Mereka dilarang berkunjung ke Negeri Beruang Merah itu.
Upaya untuk mengakhiri invasi juga sudah dilakukan dengan negosiasi. Namun, memasuki putaran keempat belum ada hasil yang signifikan.
Rusia baru bersedia mengakhiri invasi jika Ukraina tak bergabung dengan Aliansi Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO), Ukraina menjadi negara netral, dan Crimea diakui sebagai bagian wilayah Moskow.
Pertempuran yang terus terjadi menyebabkan banyak korban berjatuhan. Menurut PBB korban tewas sejak invasi mencapai 636 orang dan 1.125 terluka, sementara menurut pemerintah Ukraina korban meninggal sebanyak 2.000 jiwa.
(isa/bac)