Jembatan Crimea disebut menjadi sasaran utama militer Ukraina dalam perang melawan Rusia saat ini.
"Jembatan Selat Kerch merupakan target nomor satu Angkatan Bersenjata Ukraina. Ini bukanlah rahasia bagi militer mereka [Rusia] ataupun militer kami. Bukan bagi warga negara mereka, atau warga negara kami," ujar Mayor Jenderal Angkatan Bersenjata Ukraina Dmitry Marchenko pada Rabu (15/6), dikutip dari Tass.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menurut Marchenko, militer Ukraina "harus memutus rute ini karena [rute tersebut] membawa cadangan bantuan [untuk Rusia]."
Sebagaimana diberitakan The Guardian, Jembatan Crimea dibuka oleh Presiden Rusia Vladimir Putin pada Mei 2018.
Jembatan yang terletak di Selat Kerch ini memiliki panjang 19 kilometer.
ABC News mengatakan ukuran tersebut membuat Jembatan Crimea menjadi jembatan terpanjang di Eropa. Fasilitas itu berhasil mengalahkan jembatan Vasco da Gama di Portugal, yang sebelumnya merupakan jembatan terpanjang di benua itu.
Pembangunan Jembatan Crimea sendiri memerlukan dana sebesar US$3,7 miliar (Rp54 triliun).
Tak hanya itu, jembatan tersebut merupakan satu-satunya penghubung langsung antara Moskow ke Crimea.
Lihat Juga : |
Lewat jembatan ini, jutaan mobil dan kereta dari Moskow dapat bergerak ke Crimea.
Sebagaimana dilaporkan The Guardian, jembatan ini dapat menampung maksimal 40 ribu mobil per hari. Angka ini jauh lebih banyak dibandingkan dengan jembatan Vasco da Gama.
Tak hanya bisa menampung ribuan mobil, Jembatan Crimea dapat menampung 47 kereta per hari, mengingat baja yang digunakan dalam jembatan itu cukup untuk membangun 32 Menara Eiffel.
Kemunculan jembatan ini juga mempermudah transportasi antara Moskow-Crimea.
Sebelum jembatan ini diresmikan, perjalanan antara Rusia-Crimea kebanyakan ditempuh dengan kapal feri. Ini disebabkan pergerakan darat yang terbatas karena melewati wilayah Ukraina.
Namun, hal tersebut menyebabkan antrean truk dan mobil mengular agar bisa menyeberangi Selat Kerch, terutama bila cuaca buruk.