ANALISIS

Jokowi Temui Putin-Zelensky: Akankah Perang Berakhir, Pangan Stabil?

Anisa Dewi | CNN Indonesia
Sabtu, 02 Jul 2022 11:38 WIB
Joko Widodo bertemu Presiden Volodymyr Zelensky dan Presiden Vladimir Putin demi mendorong perdamaian agar pasokan pangan global stabil. Apa kata pengamat?
Joko Widodo bertemu Presiden Volodymyr Zelensky dan Presiden Vladimir Putin demi mendorong perdamaian agar pasokan pangan global stabil. (Arsip Istimewa)
Jakarta, CNN Indonesia --

Presiden Joko Widodo berkunjung ke Ukraina dan Rusia untuk bertemu dengan Presiden Volodymyr Zelensky dan Presiden Vladimir Putin demi mendorong perdamaian agar pasokan pangan global stabil.

Di hadapan kedua pemimpin negara itu, Jokowi bahkan menyodorkan diri untuk menjadi jembatan demi mencapai perdamaian setelah perang membara sejak Februari lalu.

Lantas, akankah perang berakhir dan stok pangan stabil setelah safari diplomasi Jokowi ini?

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Peneliti hubungan internasional Departemen Hubungan Internasional di Pusat Strategis Kajian Internasional (CSIS), Dandhy Rafitrandi, mengatakan pasokan pangan tak serta-merta kembali normal usai lawatan Jokowi.

"Ini akan sangat tergantung follow up-nya [tindak lanjut] seperti apa. Tidak bisa mengharapkan akibat lawatan ini pasokan pangan atau pupuk kembali normal," ujar Dandy dalam diskusi bertajuk Memaknai Lawatan Presiden Jokowi ke Eropa di Jakarta, Jumat (1/7).

Ia kemudian merujuk laporan yang menyebutkan krisis pangan, energi, dan inflasi masih menjadi tantangan utama masyarakat dunia.

Persoalan krisis pangan harus diselesaikan secara bersama-sama. Semua negara perlu bahu-membahu, demikian menurut peneliti hubungan internasional lain dar CSIS, Andrew Motang.

Jika pasokan pangan terus terganggu akan berimbas pada krisis. Krisis ini bisa menyebabkan kekacauan di masyarakat.

Dengan demikian, Andrew menganggap upaya Jokowi ini bisa disebut untuk meminimalkan gangguan pasokan pangan dunia.

"Kalau pangan tak teratasi, demonstrasi bisa berkembang, oposisi bisa berkembang. Apakah rezim tahan tekanan terhadap oposisi domestik?" ujar Andrew.

Selain soal pasokan pangan, lawatan Jokowi juga membawa misi damai, yang diharapkan setidaknya membuka negosiasi.

Ia memang sudah meminta kepada Putin dan Zelensky untuk membuka ruang dialog. Namun, menurut Andrew, muncul tantangan yang mesti dihadapi Indonesia.

"Harus ada kepercayaan kedua belah pihak. Presiden [Jokowi] sebagai aktor harus persuasif dan ini yang menjadi tantangan lebih lanjut," ucapnya.

Untuk menjadi pihak persuasif, Indonesia tak hanya berbicara dengan pemimpin negara, tetapi juga aktor non-pemerintah, pemerintah, dan birokrat di kedua negara.

Andrew juga mengatakan ada beberapa hal untuk mencapai negosiasi. Pertama, ada pihak yang kalah, sehingga kemungkinan dialog terbuka. Kedua, muncul pihak ketiga, baik itu mediator, fasilitator, atau intervenor.

"Yang dilakukan Jokowi sekarang adalah yang paling dasar dulu, membuka komunikasi dengan harapan negosiasi berlangsung," ujar dia.

[Gambas:Video CNN]

Komunikasi menjadi penting lantaran Rusia dan Ukraina dinilai menggunakan bahasa kekerasan, seperti perang, padahal ada cara lain yang lebih efektif, yaitu bahasa ekonomi.

Sementara itu, peneliti HI yang lain, Waffa Kharisma, punya penilaian sendiri. Menurutnya, daya tawar Indonesia untuk menjadi mediator dalam penyelesaian konflik dan perubahan sikap tidak besar.

"Tapi itu pasti dampaknya besar ke dunia untuk mendorong citra Indonesia dan kepiawaian diplomasi, bahkan juga bisa menginspirasi negara lain," tuturnya.

Dari sisi netralitas, Indonesia memang memiliki posisi yang baik, tapi dari segi daya tawar menjadi mediator, RI dinilai masih kurang.

Mengapa masih kurang? Baca di halaman berikutnya >>>

Jokowi Temui Putin-Zelensky: Akankah Perang Berakhir, Pangan Stabil?

BACA HALAMAN BERIKUTNYA

HALAMAN:
1 2
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER