Cerita WNI Peneliti di Thailand soal Ganja Legal: Pemerintah Blunder
Seorang warga negara Indonesia (WNI) peneliti di Thailand, Alfan Zen, berbagi cerita mengenai situasi di negara itu pelegalan ganja. Menurutnya, pemerintah setempat blunder.
Sebagai peneliti ganja yang sedang menempuh pendidikan di Universitas Chulalongkorn Thailand, Alfan terus memantau perkembangan situasi di negara tersebut.
"Pokoknya pemerintah masih simpang siur terkait aturan ganja, makanya saya bilang di awal, [pemerintah] blunder," ujar Alfan kepada CNNIndonesia.com.
Menurut Alfan, pemerintah Thailand blunder karena undang-undang legalisasi ganja di Negeri Gajah Putih itu tak disertai dengan batasan-batasan.
"Legalisasi kemarin tak disertai dengan batasan-batasan, jadi masyarakat beranggapan bisa digunakan bebas," tutur Alfan.
Ia kemudian bercerita, "Karena kalo ke Thailand, banyak banget produk-produk minuman dan makanan yang berbahan dasar ganja dijual bebas semenjak legalisasi 9 Juni lalu."
Alfan mengatakan bahwa masalah sudah muncul tak lama setelah pemerintah setempat resmi mengeluarkan ganja dari kelompok narkotika bulan lalu.
Sejak saat itu, Thailand melegalkan penggunaan dan penanaman ganja untuk keperluan medis dan kosmetik.
"Namun, beberapa hari setelah dilegalkan, ditemukan satu kasus kematian (pria, 51 tahun), akibat konsumsi ganja," cerita Alfan.
Menurut laporan Bangkok Post, Gubernur Bangkok, Chadchart Sittipunt, memang menyatakan bahwa satu warga meninggal dunia setelah mengonsumsi ganja beberapa waktu lalu.
Alfan menuturkan, pria itu mengalami gangguan pernapasan setelah mengonsumsi ganja. Menurut Alfan, kematian ini terjadi karena pemerintah blunder.
"Sebenarnya pemerintah [Thailand] sudah blunder karena kasus kematian itu. Kemarin juga beberapa siswa di Thailand ditemukan merokok ganja di gudang belakang sekolah saat jam sekolah, makanya sekarang [aturan itu] berencana direvisi lagi," katanya.
Selain itu, Alfan juga menganggap pemerintah Thailand tak memberikan sosialisasi yang mendalam terkait penggunaan ganja.
"Tidak ada sosialisasi resmi yang mendalam terkait ganja. Poin penting yang diinformasikan [adalah] ganja yang dibagi gratis oleh pemerintah Thailand mengandung THC [tetrahydrocannabinol] kurang dari 0,2 persen yang di mana 'katanya' aman untuk dikonsumsi bebas oleh masyarakat."
Tak ada aturan pasti mengenai penggunaan ganja untuk masyarakat ini. Alfan sendiri tak mendukung penggunaan ganja untuk rekreasi.
"Kontra dalam hal penggunaan rekreasi. Ganja merupakan tanaman sensitif, di mana faktor lingkungan sangat mempengaruhi komposisi kimia, terutama THC sebagai senyawa utama," tutur Alfan.
THC sendiri merupakan senyawa psikoaktif dalam ganja yang dapat menimbulkan perubahan perasaan, pemikiran, dan perilaku seseorang.
"Takutnya, jika [tanaman] tidak dirawat dengan baik, nanti malah menimbulkan hal-hal yang tak diinginkan, seperti efek psikoaktif, dan menyebabkan penyakit-penyakit kronis jika dikonsumsi berlebihan."
Tak hanya itu, Alfan juga menganggap penting untuk menerapkan regulasi konsumsi ganja, mengingat cara konsumsi ganja sendiri dapat mengubah kadar THC.
Penjelasan selanjutnya bisa dibaca di halaman berikutnya >>>