Jakarta, CNN Indonesia --
Paman dari pembunuh mantan Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe, Tetsuya Yamagami, mengatakan bahwa Gereja Unifikasi telah membuat hidup Yamagami kacau.
Ibu Yamagami diketahui memberikan donasi dalam jumlah besar ke Gereja Unifikasi, yang juga dikenal dengan nama Federasi Keluarga untuk Perdamaian Dunia dan Unifikasi.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Donasi tersebut, kata sang paman, jika ditotal mencapai 100 juta yen (Rp10 miliar).
Namun, donasi tersebut membuat keluarga Yamagami kesulitan. Yamagami bahkan sempat mencoba bunuh diri karena kemiskinan yang keluarganya alami akibat donasi ibunya.
[Gambas:Video CNN]
Sebagaimana diberitakan The Japan News, ibu Yamagami memberikan donasi senilai 60 juta yen (Rp6,4 miliar) dalam kurun waktu tiga tahun sampai pada 1994. Uang donasi itu didapatkan dari asuransi jiwa setelah suaminya meninggal dunia.
Donasi tersebut mulai diberikan ibu Yamagami sejak 1991, saat Yamagami masih SD.
Selain memberikan donasi dari pencairan asuransi ayah Yamagami, ibu Yamagami menjual rumah dari kakek Yamagami dan memberikan donasi tambahan senilai 40 juta yen (Rp4,3 miliar).
Kehidupan keluarga Yamagami disebut makin kacau karena Gereja Unifikasi, baca di halaman berikutnya...
Melihat situasi tersebut, paman Yamagami mengatakan ia telah memberikan bantuan finansial ke keluarga itu. Namun, ia berhenti memberikan bantuan pada 1994 karena ibu Yamagami mendonasikan uang yang dia berikan.
Setelah itu, saudara laki-laki Yamagami menghubunginya dan mengatakan mereka tidak memiliki apapun untuk dimakan. Paman Yamagami kemudian memberikan biaya hidup dan makanan ke saudara Yamagami.
Akibat kesulitan keuangan ini, Yamagami harus melepas keinginan masuk ke universitas dan bergabung ke Angkatan Laut Jepang pada 2002.
Sementara itu, ibu Yamagami mengaku terus mendonasikan uang ke Gereja Unifikasi meski dia dideklarasikan bangkrut pada 2002. Ibu Yamagami juga sering berkunjung ke Korea Selatan.
Yamagami sendiri dikatakan sempat ingin bunuh diri pada 2005, kala ia masih di Angkatan Laut Jepang. Ibu Yamagami saat itu berada di Korea Selatan.
Ketika sang paman menyampaikan ke ibu Yamagami kalau anaknya mencoba bunuh diri, ibu Yamagami tidak kembali ke Jepang.
Yamagami kemudian mengatakan ia ingin bunuh diri agar saudara laki-laki dan saudara perempuannya mendapatkan pencairan asuransi jiwa, mengingat ketiganya hidup dalam kemiskinan akibat donasi ibu Yamagami.
Jika melihat kemungkinan ibu Yamagami terikat dengan Gereja Unifikasi, sang paman mengatakan mungkin ibu Yamagami mengalami trauma.
"Ayah Tetsuya [Yamagami] bunuh diri pada 1984 dan kakak ayah Yamagami mengalami kanker, membuat ibu Yamagami trauma," kata paman Yamagami.
Selain itu, paman Yamagami menyampaikan ibu Yamagami tinggal di rumahnya sejak 8 Juli, saat serangan ke Abe terjadi. Menurutnya, ibu Yamagami tampak lelah dan tidak merespons berita penyerangan itu.
"Kami tidak membicarakan insiden itu. Jika dia memiliki pikiran soal insiden itu, dia pasti sudah meninggalkan gereja," kata paman Yamagami.
"Gereja Unifikasi membuat keluarga Yamagami tak bisa hidup," lanjutnya.
Sementara itu, Gereja Unifikasi mengatakan kepada The Yomiuri Shimbun bahwa ibu Yamagami menjadi pengikut mereka pada 1998.
Pihak gereja juga menyampaikan mereka tak mencari donasi ke penganut yang dideklarasikan bangkrut, pun telah mengembalikan donasi sebanyak 50 juta yen (Rp5,4 miliar) ke ibu Yamagami selama sepuluh tahun sejak 2005.