Sri Lanka Perpanjang Darurat Nasional, Tahan Aktivis Pengguling Rezim
Sri Lanka menahan sejumlah aktivis pemimpin demonstrasi besar-besaran yang berujung pada penggulingan rezim Gotabaya Rajapaksa, Rabu (22/7), ketika parlemen memperpanjang status darurat nasional.
Kepolisian melaporkan bahwa mereka menahan dua aktivis, Kusal Sandaruwan dan Weranga Pushpika, atas tuduhan perkumpulan melanggar hukum.
Sebagaimana dilansir AFP, Sandaruwan sempat menyedot perhatian internasional setelah videonya setelah menduduki rumah Rajapaksa viral di jagat maya.
Dalam video itu, Sandaruwan terlihat menghitung segepok uang kertas yang ditemukan di dalam rumah sang presiden.
Usai menahan dua aktivis itu, kepolisian merilis foto 14 orang lainnya yang mereka buru. Belasan orang itu diduga terkait dengan pembakaran rumah Ranil Wickremesinghe, mantan PM Sri Lanka yang kini menjadi presiden.
Penahanan kedua aktivis ini terjadi sehari setelah aktivis pelajar Sri Lanka, Dhaniz Ali, dibekuk ketika hendak menaiki pesawat menuju Dubai.
Kepolisian mengklaim mereka mengantongi surat penangkapan Ali terkait salah satu kasus di pengadilan. Namun, mereka tak mengungkap lebih lanjut kasus yang dimaksud.
Ketika aparat sibuk menangkap para aktivis, parlemen Sri Lanka menyetujui perpanjangan status darurat nasional selama satu bulan hingga pertengahan Agustus mendatang.
Di bawah status darurat nasional ini, militer diberi kewenangan untuk menahan warga, membatasi perkumpulan publik, hingga menggeledah properti pribadi seseorang.
Wickremesinghe menerapkan status darurat nasional ini pertama kali pada 17 Juli lalu, untuk menertibkan keadaan usai pergolakan perlawanan warga yang tak kuasa menahan penderitaan akibat krisis berkepanjangan.
Begitu kacau, massa sampai-sampai menduduki rumah Rajapaksa, memaksa sang presiden kabur ke Maladewa, kemudian Singapura.
Dari pelarian, Rajapaksa menyatakan pengunduran diri. Wickremesinghe kemudian terpilih sebagai presiden untuk menggantikan Rajapaksa.
(has)