Mantan anggota yang lain juga punya kisah kelam saat menjadi jemaah sekte ini.
Salah satu perempuan Jepang menceritakan bahwa ibunya meminta dia untuk tetap tinggal dengan suami yang kasar karena pilihan Gereja. Perceraian, bagi organisasi ini, tabu dan hanya membuat senang para setan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Apa yang dilakukan Yamagami tak bisa dibenarkan. Tapi, begitu parahnya gereja menghancurkan kehidupan," kata dia pada Juni lalu.
Pengamat menilai Gereja Unifikasi mencampuradukkan budaya dan imperialisme.
Pengamat Korea Selatan sekaligus anggota Gereja Anglikan, Reverend Tahk, mengatakan kesuksesan Gereja Unifikasi di Jepang terhadap pemujaan leluhur tradisional, memberi lahan subur bagi sekte ini.
"Budaya dan tradisi agama Jepang, yang berfokus mendoakan kesejahteraan leluhur yang sudah meninggal dan berkah mereka untuk keturunannya, ternyata menjadi ladang yang subur bagi gereja ini yang mencampuradukkan agama dan imperialisme," ujar Reverend Tahk kepada This Week in Asia yang dikutip South China Morning Post.
Gereja Unifikasi di Jepang meraup jutaan dolar setiap tahun. Mereka menjual rosario, patung Buddha, dan jus ginseng dengan harga selangit yang konon membawa roh pengembara ke surga. Patung misalnya dibanderol dengan harga 43 juta yen atau sekitar Rp4,8 miliar.
Gereja juga mendorong para anggota untuk memberi donasi khusus untuk kematian, bahkan dengan mengambil pinjaman.
(pwn/bac)