7 Keanehan Korut di Bawah Rezim Kim Jong Un

isa | CNN Indonesia
Rabu, 10 Agu 2022 09:30 WIB
Korea Utara menerapkan sejumlah kebijakan yang dinilai aneh di bawah pimpinan Kim Jong Un.
Konser 10 tahun rezim Kim Jong Un di Korut. (via REUTERS/KCNA)

4. Konser Anak Anti-Propaganda AS

Korut pernah menggelar konser anak-anak menampilkan propaganda anti-Amerika Serikat hingga pencegahan Covid-19 pada Januari lalu.

Pyongyang memang kerap mengadakan konser anak-anak tahunan dalam rangka menyambut Tahun Baru.

Konser itu mempromosikan propaganda anti AS melalui lagu dan pertunjukkan anak-anak dengan kostum tentara. Mereka menampilkan pesan, "Matilah Imperialis Amerika!"

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Selain itu, konser tersebut juga menampilkan protokol pencegahan Covid-19. Anak-anak tampil menggunakan kostum botol hand sanitizer dengan lagu yang mengajak mereka terus mengikuti aturan agar tak masalah besar.

5. Suruh Warga Makan Angsa Hitam

Korut meminta warga ternak angsa hitam hias yang nantinya akan menjadi bahan pangan alternatif di tengah krisis ekonomi.

Media pemerintah Korut juga mempromosikan konsumsi daging angsa hitam kepada warga.

6. Banyak Pasangan Bercerai di Tengah Krisis

Warga Korea Utara beramai-ramai mengajukan gugatan cerai karena terus-menerus mengalami cekcok di tengah krisis ekonomi.

Namun, proses perceraian di sana memerlukan waktu panjang. Salah satu sumber di daerah Kyongsong mengatakan bahwa semakin banyak warga mengantre di pengadilan untuk mengurus surat perceraian.

Sumber itu mengatakan alasan ekonomi yang teru memburuk menjadi salah satu penyebab pasangan suami istri di Korut marak melayangkan perceraian.

"Belakangan ini, cekcok keluarga makin parah karena alasan ekonomi dan jumlah keluarga yang mau cerai meningkat, tapi pihak berwenang memerintahkan pengadilan tak menerima perceraian itu dengan mudah," ujarnya kepada Radio Free Asia.

7. Hukum Warga yang Curi Jagung Kerja Paksa

Korut menghukum warganya yang ketahuan mencuri jagung ke kamp kerja paksa.

Pencurian tersebut dilakukan karena warga tak lagi kuat menghadapi krisis pangan.

Dalam beberapa tahun belakangan, pemerintah mengambil 60 persen hasil tani, sementara petani dapat membawa pulang 40 persen sisanya.

Para petani merasa tak cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari dengan jumlah presentase yang seperti itu. Apalagi hasil tani di sejumlah daerah belakangan ini berkurang 20 persen.

(bac)


[Gambas:Video CNN]

HALAMAN:
1 2
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER