Jakarta, CNN Indonesia --
Banjir parah tengah menghantam Pakistan. Tak hanya negara ini, Korea Selatan, Australia, Malaysia, Singapura hingga Afghanistan juga sempat diterjang banjir.
Banyaknya negara yang mengalami banjir parah menjadi bukti bahwa ancaman bencana akibat perubahan iklim memang nyata dan di depan mata.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Tak hanya banjir, perubahan iklim juga berdampak pada gelombang panas, kekeringan, dan memicu kebakaran hutan.
Pakistan dilanda banjir imbas hujan lebat. Akibat bencana ini tercatat 1.033 orang tewas sejak Juni.
Badan Nasional Penanggulangan Bencana Pakistan (NDMA) mengatakan lebih dari dua juta hektar tanaman budidaya musnah, 3.451 kilometer (2.150 mil) jalan hancur, dan 149 jembatan hanyut imbas banjir parah di negara itu, demikian dikutip AFP.
[Gambas:Video CNN]
Sementara itu, para pejabat menginformasikan banjir tahun ini berdampak kepada lebih dari 33 juta orang, dan sekitar satu juta rumah hancur.
Menanggapi banjir itu, pejabat Pakistan menyalahkan perubahan iklim akibat ulah manusia. Mereka menganggap Pakistan menjadi korban dari praktik lingkungan yang tak bertanggung jawab di tempat lain di dunia.
Berbeda dengan para pejabat, pakar perubahan iklim di Islamabad, Ali Tauqeer Sheikh, mengatakan banjir kali ini disebabkan perencanaan pembangunan yang minim.
"Apa yang kita lihat di negara ini adalah defisit pembangunan. Bukan cuma curah hujan yang berlebihan dan menyebabkan masalah, tetapi persiapan dan infrastruktur yang tak memadai," kata Ali dikutip Al Jazeera.
Namun, ia tak menampik perubahan iklim juga menjadi ancaman banjir bandang.
"Frekuensi banjir [tahun ini] juga meningkat. Perubahan iklim adalah ancaman ganda," jelas Ali lagi.
[Gambas:Video CNN]
Ia juga bercerita banjir kali ini berbeda dengan banjir besar pada 2010 lalu. Ketika itu, banjir bersifat sungai, artinya sebagian besar yang terdampak di sekitar Sungai Indus dan bisa diprediksi.
"Kali ini ada beberapa jenis seperti banjir perkotaan, banjir bandang, dan banjir akibat semburan gletser," kata Ali
Pakistan merupakan negara yang memiliki jumlah gletser tertinggi di luar wilayah kutub.
Banjir parah di sejumlah negara, baca di halaman berikutnya...
Negara tetangga Pakistan, Afghanistan juga tengah diterjang banjir. Sejauh ini tercatat 182 orang meninggal.
Reuters melaporkan, banjir menyebabkan kerusakan luas di wilayah tengah dan timur Afghanistan. Ribuan rumah warga dan beberapa jembatan hancur.
Taliban, selaku pemerintah interim Afghanistan pun meminta maaf. Mereka juga meminta uluran tangan komunitas dan organisasi internasional dalam menghadapi banjir.
Banjir juga menerjang negara maju seperti Korea Selatan pada awal Agustus lalu. Banjir itu bahkan menerjang kawasan elit di Ibu kota Korsel, Seoul.
Curah hujan saat itu mencapai 100 milimeter. Di distrik Dongjak, curah hujan bahkan sempat mencapai 141,5 mm.
Imbas bencana ini, sembilan orang meninggal dunia, termasuk perempuan dengan disabilitas mental.
Menanggapi banjir itu, Presiden Korsel Yoon Suk Yeol meminta maaf saat rapat bersama kabinet.
"Saya berdoa untuk para korban dan meminta maaf atas nama pemerintah kepada masyarakat yang mengalami ketidaknyamanan," kata Yoon dikutip Yonhap.
Yoon juga mengatakan pemerintah harus menerapkan langkah-langkah pencegahan agar menghindari kejadian serupa di hari-hari depan.
"Saya percaya kami perlu secara aktif menggunakan teknologi digital mutakhir kami untuk secara konsisten memantau tingkat air di seluruh saluran air, mengadakan simulasi dan segera mengaktifkan sistem peringatan," kata dia lagi.
[Gambas:Video CNN]
Hujan deras juga melanda Semenanjung Korea. Sehingga, Korea Utara membuka Bendungan Hwanggang di batas kedua negara tersebut.
Namun, pembukaan pintu air itu tanpa pemberitahuan pihak Korsel. Tindakan tersebut berisiko memicu banjir dan menelan korban jiwa bagi penduduk yang tinggal di sekitar bendungan.
Negara maju lain yang juga mengalami bencana banjir yakni Australia pada Maret lalu.
Selama sepekan banjir melanda pantai timur Australia, dan salah satu wilayah yang terdampak adalah Sydney.
Imbas banjir itu, sebanyak 20 orang tewas dan puluhan ribu warga mengungsi, demikian dikutip AFP.
Pada April lalu, Malaysia juga sempat diterjang banjir. Imbas bencana ini, lebih dari 70 orang dievakuasi.
Banjir memenuhi Jalan Pengkalan Kampung Nelayan, Telok Gong di Port Klang dan Jalan Perepat, Teluk Panglima Garang di Kuala Langat.
Beberapa bulan sebelumnya, yakni pada Desember 2021, Negeri Jiran juga dihantam banjir parah.
Ketika itu, Malaysia diguyur hujan dengan curah tinggi. Imbas banjir ini, 27 orang tewas dan 70 ribu warga dievakuasi.
Sejumlah pengamat mengatakan banjir itu disebabkan perubahan iklim yang ekstrem. Mereka juga melayangkan kritik atas mitigasi dan penanganan pemerintah yang kacau.
Pada November, Singapura turut diterjang banjir bandang imbas hujan deras dan saluran air tersumbat potongan rumput.
Badan Air Nasional Singapura (PUB) melaporkan banjir di sepanjang 50 meter King's Road di kawasan Bukit Timah. Menurutnya, lokasi ini merupakan titik rawan banjir.
PUB kemudian langsung meninjau lokasi dan menemukan jalur air di sepanjang kawasan itu tersumbat potongan rumput.