Setelah mewarisi takhta dari Ratu Elizabeth II, Raja Charles III harus langsung menghadapi "teror" dari enam negara yang telah lama ingin melepaskan diri dari Persemakmuran Inggris.
Antigua dan Barbuda menjadi negara teranyar yang menyatakan keinginan mereka untuk lepas dari Persemakmuran Inggris.
Lihat Juga :![]() KILAS INTERNASIONAL Negara Ingin Lepas dari Inggris sampai Jokowi Absen Lagi Sidang PBB |
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Keinginan itu diutarakan tak lama setelah Raja Charles mewarisi takhta usai Ratu Elizabeth meninggal dunia pada pekan lalu.
Selain Antigua, ada Jamaika, Belize, Bahama, Grenada, dan St. Kitts dan Nevis yang menyatakan hal serupa, ingin sepenuhnya "lepas" dari Kerajaan Inggris.
Sebanyak 56 negara sampai saat ini masih setia menjadi anggota Persemakmuran Inggris.
Seluruh 56 negara itu terdiri dari sejumlah negara besar, kecil, hingga negara kepulauan yang terletak dari Eropa, Afrika, Amerika, Asia, hingga Pasifik dengan total 2,5 miliar penduduk.
Mengapa enam negara tersebut ingin melepaskan status sebagai negara Persemakmuran Inggris?
Perdana Menteri Antigua dan Barbuda, Gaston Browne, membeberkan salah satu alasan negaranya ingin mengadakan referendum untuk mengganti status dari Persemakmuran menjadi negara Republik. Ia mengatakan referendum akan digelar setidaknya dalam tiga tahun ke depan.
"Ini merupakan masalah yang harus ditindaklanjuti menggunakan referendum masyarakat untuk memutuskan," kata Browne, dikutip dari NPR.
Lihat Juga : |
"Ini bukan merupakan bentuk sikap tak hormat kepada monarki. Ini bukan aksi kekerasan, ataupun perbedaan antara Antigua dan Barbuda kepada monarki. Ini adalah langkah menyelesaikan lingkaran kemerdekaan untuk mencapai kedaulatan nasional yang sebenarnya."
Meskipun mendorong referendum pembentukan negara Republik, Browne menegaskan Antigua dan Barbuda akan tetap menjadi anggota Persemakmuran.
Serupa dengan Antigua dan Barbuda, alasan utama Jamaika ingin lepas dari Persemakmuran adalah untuk menjadi negara yang sepenuhnya "merdeka".
Sebagaimana diberitakan Associated Press, Perdana Menteri Jamaika, Andrew Holness, menyampaikan niatnya tersebut kala bertemu dengan Pangeran William dan Kate pada Maret 2022 lalu.
"Kami ingin maju terus. Kami ingin mencapai ambisi kami sebenarnya dan takdir kami sebagai negara merdeka," kata Holness.
Inggris sendiri berkuasa atas Jamaika selama lebih dari 300 tahun, memaksa ratusan ribu budak Afrika di tanah itu bekerja dalam kondisi brutal.
Jamaika meraih kemerdekaan pada Agustus 1962, tetapi masih tetap menjadi anggota persemakmuran.
Belize juga mengungkapkan kedaulatan dan kemerdekaan penuh sebagai alasan ingin lepas dari Persemakmuran.
"Proses dekolonisasi sedang berkembang di wilayah Karibia," ujar Menteri Konstitusi dan Reformasi Politik Belize, Henry Charles Usher, kepada parlemen, seperti dilansir The Independent.
"Mungkin ini waktu bagi Balize untuk mengambil langkah selanjutnya dalam benar-benar memiliki kemerdekaan kami. Namun, isu itu merupakan keputusan masyarakat Belize," katanya.
Kerajaan Inggris dianggap tak relevan lagi? Baca di halaman berikutnya >>>