Kepala sekolah di Brookvale Groby Learning Campus, Will Teece, mengaku banyak menerima pertanyaan dari orang tua murid soal kesediaan sekolah menyiapkan makanan.
"Pada saat ada kebutuhan yang jauh lebih besar untuk dukungan bagi keluarga kami, kami berada dalam posisi yang jauh lebih lemah untuk dapat menyediakannya," kata Teece.
Sementara itu, pendiri Children with Voices, sebuah badan amal yang memberi makan keluarga di tiga perkebunan di Hackney, London timur, Michelle Dornelly, mengatakan khawatir soal tingkat kecemasan anak-anak yang meningkat.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Saya khawatir soal anak-anak yang berangkat ke sekolah tanpa pulpen, tanpa deodoran, tanpa sikat gigi. Semua itu mempengaruhi harga diri, dan kepercayaan diri mereka benar-benar lesu," kata dia.
Donnelly mengaku badan amalnya tak punya cukup ruang penyimpanan atau lemari es. Di juga khawatir tentang berapa banyak yang diambil oleh sukarelawan.
"Saya menyukai apa yang saya lakukan, tetapi saya merasa marah karena kami dibiarkan melakukan ini tanpa bantuan dari pemerintah," katanya.
Anggota parlemen, lanjut dia, harus datang ke Hackney mencari tahu apa yang sedang terjadi.
Di Inggris, sekolah untuk anak-anak menyediakan makan gratis hingga tahun kedua.
Namun, setelahnya hanya anak-anak dari keluarga mampu yang bisa mendapat makanan. Pasalnya, mereka harus membayar 7.400 poundsterling atau sekitar Rp121 juta.
Sementara itu, menurut kelompok pemerhati keluarga miskin di Inggris, Child Poverty Action Group, menyatakan terdapat 800 ribu anak-anak di Inggris hidup dalam kemiskinan.