Nasib serupa menimpa bangsa Kurdi di Irak.
Situasi ekonomi yang sulit, dan tekanan militer dari ISIS serta tekanan dari komunitas internasional membuat Kurdi menunda membahas kemerdekaan mereka. Mungkin di masa depan, yang entah kapan.
Kurdi di Irak juga pernah memiliki sejarah melawan ISIS. Perlawanan ini bisa ditelisik pada 2014 lalu.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Tak lama setelah ISIS berhasil merebut Mosul, Pemerintah Daerag Kurdi (KRG) Paeshmerga merebut Provinsi Kirkuk yang kaya minyak di Irak utara dan wilayah sengketa. Kurdi lalu mendeklarasikan kemerdekaan di Kirkuk, demikian dikutip Brooking Edu.
Saat itu, pemerintah Irak tak sanggup melawan ISIS dan mau tak mau menerima kedaulatan Kurdi atas Kirkuk.
Kurdi sementara itu terus mempertahankan wilayah dan melawan balik ISIS. Kerugian mereka tak tanggung-tanggung: 1.200 orang tewas dan 5.900 terluka.
Selain itu, banyak kota dan desa di sepanjang garis depan pejuang Kurdi dan ISIS telah menjadi tidak layak huni karena perang dan mundurnya pasukan ISIS, demikian dikutip European Institut of the Mediterranean (IEMed).
Pada November 2014 lalu, pasukan AS menargetkan pemimpin ISIS, Abu Bakar al-Baghdadi. Kurdi dalam hal ini, membantu menjaga stabilitas di Irak.
Peran Kurdi lain yakni memotong garis ISIS dari Mosul ke Raqqa di Suriah, yang bukan hanya garis militer tetapi juga garis ekonomi dan politik yang penting, demikian dikutip Washington Institute.
Milisi ISIS kerap mondar-mandir di wilayah itu. Jika kedua pihak ini melanggar garis perbatasan yang disepakati akan terjadi pertempuran.
Apabila terjadi, pertempuran berkecamuk di Diyala dan Salah al Din.
Pemerintah Kurdi juga merawat banyak orang sebagai upaya mempertahankan statusnya sebagai pemerintah berdaulat, demikian dikutip WNYC Studios.
Namun, pertarungan melawan ISIS juga sangat mempengaruhi kehidupan sehari-hari bangsa Kurdi Irak, khususnya di bidang ekonomi.
Kurdistan Irak telah menderita secara dramatis imbas ketidakstabilan di seluruh Irak. Kegagalan Baghdad membayar KRG bagian telah menyebabkan krisis uang tunai di wilayah yang dikuasai Kurdi.
Baghdad berjanji membayar KRG sebesar 17 persen per bulan dari anggaran nasional.
Namun, gaji pegawai negeri sipil dan Peshmerga juga tidak dibayar, kadang-kadang sampai enam bulan.
Ekonomi yang tak stabil, gempuran masif ISIS, membuat Kurdi mau tak mau mengubur mimpinya sejenak membangun negara sendiri.
Pada 2017, Pasukan Irak yang didukung milisi Syiah pro-Iran mengambil kembali Mosul dari ISIS.
(has/isa/bac)