Jakarta, CNN Indonesia --
Pasukan Rusia di Ukraina menggelar referendum di sejumlah wilayah yang tengah diinvasi. Pengamat menilai langkah ini agar Presiden Vladimir Putin bisa menggunakan senjata nuklir demi melindungi wilayahnya.
Wilayah yang dikuasai kelompok milisi pro-Rusia Donetsk dan Luhansk menggelar referendum belakangan ini.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dua wilayah seperti Kherson dan Zaporizhzhia juga melakukan hal serupa.
Pengamat menilai referendum itu karena Rusia khawatir kalah di medan perang.
"Semua yang terjadi hari ini adalah ultimatum yang benar-benar tegas kepada Ukraina dan Barat. Entah Ukraina mundur atau akan ada perang nuklir," kata pengamat politik di Moskow, Tatiana Stanovaya seperti dikutip The Guardian, awal pekan lalu.
[Gambas:Video CNN]
Ia kemudian melanjutkan, "Untuk menjamin 'kemenangan', Putin siap menggelar referendum segera mendapat hak menggunakan senjata nuklir untuk mempertahankan wilayah Rusia."
Putin tak main-main soal ancamannya. Pekan lalu ia mengatakan akan mempertahankan wilayah Rusia dengan segala macam cara.
"Jika integritas teritorial negara kami terancam menggunakan semua cara yang tersedia untuk melindungi rakyat kami. Ini bukan gertakan," kata Putin dalam sebuah siaran televisi, seperti dikutip ABC News.
Terlepas dari itu, bagaimana sebetulnya kemampuan nuklir Rusia?
Rusia merupakan salah satu negara dengan kekuatan nuklir paling dominan dan mengerikan di dunia.
Federasi Ilmuwan Amerika (FAS )memperkirakan Rusia memiliki 5.977 hulu ledak nuklir, lebih banyak daripada negara lain. Namun, 1.500 di antaranya dikategorikan sebagai 'pensiun' dan menunggu pembongkaran.
Selain itu, dari total hulu ledak yang dimiliki Rusia, 1.588 di antaranya siap digunakan. Rudal Rusa bisa ditembakkan dari darat, dari kapal selam, dan dari pesawat jet.
FAS juga memperkirakan Rusia memiliki 306 peluncur rudal balistik antarbenua bersenjata nuklir (ICBM). Beberapa di antaranya hingga jangkauan hingga 16.000 kilometer.
Salah satu yang terbesar dari jenis ini adalah Tatishchevo.
Lanjut baca di halaman berikutnya...
Akankah Rusia Benar-benar Menggunakan Senjata Nuklir?
Tak ada yang bisa memprediksi jalan pikiran Putin.
Pada Agustus lalu, dia menyinggung soal senjata nuklir dalam Konferensi Tinjauan Kesepuluh untuk Perjanjian tentang Non-Proliferasi Senjata Nuklir
"Tidak ada pemenang dalam perang nuklir dan itu tidak boleh dilepaskan," kata dia waktu itu.
Kata-katanya kemudian tampak meyakinkan, menggambarkan Rusia sebagai kekuatan nuklir yang bertanggung jawab.
Rusia juga memperpanjang perjanjian START Baru dengan AS pada Maret 2021 lalu.
Perjanjian tersebut membatasi jumlah hulu ledak nuklir strategis yang bisa dikerahkan setiap negara. Selain itu, kesepakatan ini bisa membatasi rudal dan pembom berbasis darat dan kapal selam untuk mengirimkan rudal.
Pengamat hubungan internasional di Flinders University, mengatakan kemungkinan Rusia menggunakan senjata nuklir tak dapat diabaikan, tetapi kemungkinannya kecil.
Genauer mengatakan Putin sadar menggunakan senjata nuklir akan membuat eskalasi dan disambut perlawanan negara-negara pendukung Ukraina, terutama negara Barat dan AS.
"Putin telah memanfaatkan ancaman senjata nuklir hampir sejak dimulainya invasi skala penuh Rusia, sejak menjadi jelas bahwa invasi Rusia ke Ukraina tidak akan menjadi kemenangan militer yang singkat dan menentukan bagi Rusia," katanya.
Lebih lanjut, ia menerangkan pengumuman baru-baru ini soal mobilisasi militer parsial di Rusia, memperjelas bahwa Putin memilih menggandakan invasi Rusia ke Ukraina, daripada mencoba menemukan strategi lain.
Bagaimana Rusia Akan Meluncurkan Serangan Nuklir?
Jika suatu waktu mereka ingin meluncurkan nuklir, pusat akan mengirim perintah.
Sebuah tas kecil, yang dikenal sebagai Cheget, tersimpan di dekat presiden setiap saat. Tas ini terhubung dengan jaringan komando dan kendali divisi nuklir strategis Rusia.
Cheget tak punya tombol peluncuran nuklir, tetapi ia mengirimkan perintah peluncuran ke komando militer pusat.
Namun, sejauh ini tak ada yang bisa memprediksi kemauan Putin. Pada akhirnya, keputusan ada di tangan dia.