Duta Besar AS untuk Israel, Tom Nides, menilai pidato Lapid itu menunjukkan "keberanian" karena secara blak-blakan mendukung solusi dua negara.
Namun, seorang pejabat senior Organisasi Pembebasan Palestina, Wasel Abu Youssef, menganggap bahwa kata-kata Lapid dalam pidatonya itu "tidak berarti apa-apa" pada prospek perdamaian kedua negara.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sementara itu, pengamat hubungan internasional dari Universitas Muhammadiyah Riau, Fahmi Salsabila, mengatakan bahwa pernyataan Lapid cuma upaya untuk mencari dukungan menjelang pemilu legislatif pada 1 November mendatang.
"Biasa itu mendekati pemilu, bisa jadi mencari simpati pendukungnya warga negara Israel keturunan Arab," kata Fahmi kepada CNNIndonesia.com.
Ia bahkan menegaskan pernyataan Lapid bukan karena ingin damai, tapi semata bermuatan politis.
"Enggak [murni ingin damai]. Sudah biasa menjelang pemilu. Masing mending ini. Biasanya [Israel] menyerang Jalur Gaza untuk mendapat dukungan dari Yahudi garis keras," ucap Fahmi.
Pengamat hubungan internasional dari Universitas Indonesia, Suzie Sudarman, juga menilai ucapan Lapid omong kosong.
"Ucapan Perdana Menteri tidak terlampau banyak artinya. Hanya sebuah sinyal kepada dunia, khususnya Presiden Amerika Serikat, [Joe] Biden, bahwa Israel tetap berniat baik," kata Suzi kepada CNNIndonesia.com, Selasa (28/9).
Lebih lanjut, Suzie menyinggung soal Lapid yang berasal dari Partai Yesh Atid. Partai itu dikenal berhaluan tengah atau moderat.
Sementara itu, Presiden AS saat ini, Biden, juga berasal dari Partai Demokrat, yang mengutamakan solusi dua negara.
"Jelas arahan Presiden Biden ke Israel bahwa solusi dua negara perlu dihidupkan kembali," ujar Suzie.
Omong kosong ini semakin terlihat ketika pasukan Israel dilaporkan menyerbu Jalur Gaza hanya beberapa hari setelah Lapid berpidato di sidang Majelis Umum PBB.
Pada Selasa petang, International Middle East Media melaporkan Angkatan Laut Israel menyerang kapal nelayan Palestina di utara Jalur Gaza, Rafah, dan selatan jalur itu, Beit Lahia.
Di Tepi Barat, konflik juga masih kerap berkecamuk. Pada akhir pekan lalu, pasukan Israel menembak milisi Palestina saat operasi rutin di dekat Nablus.
(isa/rds)