Tak hanya Wu, seorang pemuda yang baru saja lulus kuliah, Chen Qiang, juga tergerak ketika melihat coretan di salah satu toilet di barat daya China beberapa waktu lalu.
Saat itu, Chen sedang kesal karena tak bisa menyuarakan protes menjelang kongres Partai Komunis China, di mana Xi dipastikan kembali bakal memimpin Negeri Tirai Bambu.
Ketika demonstrasi kecil pecah di Beijing, Chen tak mau kehilangan momentum. Ia langsung mengunggah kembali video demo itu di media sosial.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Namun, pemerintah China dengan gesit menghapus segala sesuatu mengenai demo tersebut. Chen pun tergerak ketika melihat coretan di salah satu toilet yang ia pakai.
Awalnya, Chen takut terpantau pemerintah. Namun akhirnya, ia memberanikan diri mencoret pintu bilik toilet dengan slogan-slogan anti-pemerintah.
Jika Wu menggunakan bahasa Inggris, Chen memilih memakai Mandarin agar pesan yang ia tulis lebih meresap ke warga-warga China.
"Saya tak suka Partai Komunis. Saya menyimpan rasa untuk China, tapi bukan pemerintahnya," ucap Chen.
"Karena sensor dan pemantauan ketat, rakyat hanya bisa menyuarakan opini politik dengan menulis slogan di tempat-tempat seperti toilet. Sedih karena kita ditekan hingga seperti ini."
Sementara itu, Wu menganggap revolusi toilet ini justru menunjukkan kekuatan warga yang sudah lama terkekang.
"Bahkan di tempat sempit seperti toilet, selama kita punya hati revolusioner, kita dapat berkontribusi," katanya.
(rds/bac/bac)