Bin Nayef juga sempat dituduh menggunakan narkoba saat dia dilengserkan.
Menurut seorang rekan keluarga kerajaan beberapa pangeran senior diberi tahu bahwa bin Nayef tak layak menjadi raja karena masalah narkoba, demikian dikutip The New York Times.
Nayef pun terpaksa mundur karena dianggap kecanduan obat penghilang rasa sakit, demikian dikutip Reuters.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Raja datang menemui MbN (Mohammed bin Nayef) dan mereka berdua di ruangan itu. Dia [Raja Salman] mengatakan kepadanya: 'Saya ingin Anda mundur, Anda tak mendengarkan saran untuk perawatan atas kecanduan Anda yang berbahaya dan mempengaruhi keputusan Anda'," kata salah satu sumber dekat bin Nayef.
Sejauh ini, tak ada informasi lebih lanjut apakah Mohammed bin Nayef betul-betul menggunakan narkoba atau tidak.
Namun, seorang teman dekat bin Nayef pernah mengungkapkan kekhawatirannya perihal masalah kesehatan mantan Putra Mahkota Saudi itu selama beberapa tahun belakangan.
Mantan pejabat Badan Intelijen AS (CIA) yang merupakan teman dekat bin Nayef, Bruce Riedel, mengatakan sang pangeran kerap mengalami rasa sakit dan terdapat tanda stres pascatraumatik.
Kondisi itu memaksa ia menggunakan obat-obatan sehingga membuat teman-teman dekatnya khawatir ia kecanduan obat.
Tindakan keras terhadap bin Nayef pun tak selesai meski MbS telah berhasil menjadi Putra Mahkota Saudi.
Setelah mengundurkan diri sebagai pewaris takhta kerajaan, Pangeran bin Nayef digiring ke istananya di Jeddah dan menjadi tahanan rumah.
Menurut sumber kepada The New York Times, Pangeran Mohammed bin Nayef menjadi tahanan rumah sampai maret 2020.
Di masa awal penahanannya, Pangeran Mohammed bin Nayef ditahan di sel isolasi, dilarang tidur hingga digantung terbalik di pergelangan kakinya, menurut dua orang yang diberi pengarahan tentang situasinya yang berbicara dengan syarat anonim karena sensitivitas masalah tersebut.
Pangeran Mohammed bin Nayef disebut mengalami kerusakan permanen pada pergelangan kakinya akibat perlakuan yang ia terima selama di tahanan dan tidak bisa berjalan tanpa tongkat.
Pada Agustus 2020, kuasa hukum Pangeran Mohammed bin Nayef melayangkan kekhawatiran terkait kondisi kesehatan kliennya. Ia menuduh otoritas Saudi tidak mengizinkan dokter atau keluarga mengunjunginya sejak menjadi tahanan.
Sementara itu, di musim gugur 2021, Pangeran Mohammed bin Nayef dilaporkan dipindahkan ke sebuah vila di dalam kompleks yang mengelilingi Istana Raja Al-Yamamah di Riyadh.
Pangeran Mohammed bin Nayef dikurung sendiri tanpa televisi atau perangkat elektronik lainnya dan hanya menerima kunjungan terbatas dari keluarganya, kata sejumlah sumber.
Sampai saat ini, Pangeran bin Nayef tak pernah terlihat lagi di publik. Pemerintah Saudi juga belum mengajukan tuntutan resmi terhadap Mohammed bin Nayef atau menjelaskan mengapa dia ditahan.
Sebagian besar ahli Saudi berasumsi bahwa penahanan itu karena MbS khawatir bahwa Mohammed bin Nayef dapat menghalangi upayanya untuk menjadi Raja Saudi berikutnya.