Jakarta, CNN Indonesia --
Sejumlah warga berkebangsaan Rusia memilih bertarung menghadapi pasukan Presiden Vladimir Putin untuk membela Ukraina.
Caesar, nama panggilan tentara yang melawan Rusia, tampak tertegun menatap reruntuhan gereja ortodoks di Donetsk, Ukraina Timur.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ia mengaku terpaksa membunuh kompatriot asal Rusia karena mereka dinilainya telah menjadi bagian dari rezim Vladimir Putin.
"Ini adalah hasil perang Putin. Sebagai seorang kristiani, ini sangat menohok," kata dia, seperti dikutip dari CNN, Senin (5/12).
Caesar adalah salah satu dari ratusan tentara yang turut mempertahankan kota Bakhmut agar tetap di bawah kendali Ukraina.
"Sejak hari pertama perang, hati saya, hati seorang Rusia sejati, seorang Kristen sejati, mengatakan saya harus berada di sini untuk membela rakyat Ukraina," ucap dia.
Menurut Caesar, Bakhmut adalah bagian paling panas saat ini di medan perang.
Usai mobilisasi Rusia pada September lalu, ia menyebut Putin mengerahkan seluruh pasukan untuk mencapai kemenangan perang.
"Tetapi kami melakukan perlawanan yang sengit. Pertempuran sekarang sangat brutal," cerita Caesar.
Para tentara Ukraina sampai-sampai harus berjongkok di parit berlumpur, berjuang mati-matian agar Rusia tak mencapai kemenangan.
Dentuman dan ledakan yang terus terjadi tak membuat niat Caesar membela Ukraina tergoyahkan. Ia terus melawan pasukan Putin.
Dalam pandangan dia, pasukan Moskow bukanlah orang Rusia sejati.
"Ya, saya membunuh rekan senegara saya, tetapi mereka menjadi penjahat. Mereka datang ke negara lain untuk merampok, membunuh dan menghancurkan," ungkap Caesar.
Dalam perang, ia harus menembak setidaknya 15 tentara Rusia. Bagaimanapun, Caesar tak menyesali atas tindakan tersebut.
Lanjut baca di halaman berikutnya...
Tergerak karena Pembantaian di Bucha hingga Borodinka
Tentara Ukraina berkebangsaan Rusia yang lain, Silent (bukan nama sebenarnya), juga membeberkan kisah serupa.
Ia bercerita, tiba di Ukraina pada awal Februari untuk mengunjungi kerabat.
"Saya tinggal di sini, dan perang dimulai," ujar Silent.
Dia mengatakan bergabung dengan militer Ukraina tak lama setelah melihat kekejaman tentara Rusia di pinggiran kota Bucha, Irpin dan Borodianka.
Bukti kuburan massal dan eksekusi warga sipil di wilayah tersebut muncul setelah penarikan pasukan Rusia dari wilayah Kyiv pada awal April lalu.
Ketika itu, Silent berada di Kyiv, tak jauh dari lokasi penemuan kuburan massal. Ia lantas pergi ke sana untuk membantu dan melihat apa yang sudah dilakukan Pasukan Kyiv.
"Mayat, anak-anak, perempuan, eksekusi, saat Anda melihatnya secara langsung, tentu semua yang ada di dalamnya terbalik," ungkap Silent.
Ia kemudian memutuskan untuk tinggal di Ukraina sampai akhir, dan bergabung dengan legiun.
[Gambas:Video CNN]
Tutupi Identitas, Lindungi Keluarga di Rusia
Selain mereka berdua, warga Rusia yang membela Ukraina, "Vinnie" memutuskan terus memakai balaclava. Ia takut tentara Kremlin mencoba menghubungi dan menemukan dirinya.
"Jika saya menunjukkan wajah saya, saya khawatir mereka [keluarga saya], karena tak akan ada yang melindungi mereka," kata Vinnie.
Salah satu risiko bagi warga Rusia yang mempertaruhkan nyawa untuk Ukraina adalah nasib keluarganya yang terancam jika mereka ketahuan.
Mereka bisa menghadapi konsekuensi yang lebih keras daripada tentara Ukraina sendiri, apalagi jika mereka tertangkap musuh.
November lalu, seorang tentara yang meninggalkan kelompok tentara bayaran Rusia Wagner dan menyeberang ke sisi Ukraina, Yevgeny Nuzhin, dibunuh secara brutal dengan palu godam usai kembali ke Rusia.
Contoh seperti itulah yang membuat Vinnie yakin apa yang akan terjadi jika ia tertangkap.
"Pasti tidak akan ada pertukaran. Ini akan menjadi akhir, 100 persen. Itu hanya akan lebih menyakitkan," kata Vinnie.
Namun, rasa sakit dan kematian tak masuk dalam kamus unit ini, bahkan saat mereka menghadapi banyak rintangan di Bakhmut.
Rusia berulang kali mencoba merebut kota itu dan mengirim banyak orang ke pertahanan upaya untuk menghancurkan Ukraina, tapi upaya ini tak melunturkan semangat perlawanan Vinnie, dan barangkali ratusan warga Rusia lain.
Menurut sumber, tercatat sekitar 200 warga Rusia yang saat ini berperang bersama pasukan Ukraina, melawan tentara negara mereka sendiri.