Ibu kota Arab Saudi, Riyadh, menampilkan wajah baru yang lebih terbuka dalam beberapa tahun belakangan.
Banyak perempuan di ibu kota Arab Saudi, Riyadh, tampak tak mengenakan abaya hingga cadar. Kebanyakan perempuan di sana memakai jilbab dengan berbalut pakaian kekinian.
Pemandangan itu semakin jelas di tengah ingar-bingar warga beberapa hari sebelum tahun baru 2023, seperti dikutip dari The National.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Di Bandara Internasional King Khalid Riyadh, tampak laki-laki dan perempuan mengantre di jalur yang sama di bagian bea cukai tanpa ada lagi pemisahan.
Mayoritas perempuan juga tak mengenakan cadar dan beberapa tak memilih memakai abaya. Abaya adalah pakaian tradisional berukuran besar yang sering dikenakan di negara Teluk.
Keterbukaan di Riyadh dan penghapusan aturan jarak sosial mengubah kehidupan sehari-hari secara signifikan.
"Mengunjungi Arab Saudi adalah pengalaman yang berbeda pada 2008 dibandingkan saat ini," kata turis asal Mesir yang berkunjung ke Jeddah, Samia, seperti dikutip The National.
Ia kemudian berujar, "[Pada 2008 Saudi menerapkan] aturan ketat dengan mewajibkan mengenakan abaya dan kerudung serta pemisahan jenis kelamin yang mencolok."
Pada 16 Desember lalu, Saudi juga melarang abaya dikenakan murid perempuan saat ujian di sekolah.
Kebijakan itu dikeluarkan Kementerian Pendidikan dan Komisi Evaluasi Pendidikan dan Pelatihan Saudi (Education and Training Evaluation Commission/ETEC) Saudi.
ETEC menyatakan penting mematuhi pakaian sesuai aturan untuk menjaga kesopanan publik di ruang ujian.
"Mengingat bahwa dilarang mengenakan abaya pada saat ujian," demikian pernyataan ETEC.
Badan tersebut kemudian meminta para murid mengenakan seragam sekolah saat ujian. Menurut mereka, seluruh pakaian yang dikenakan siswa harus selaras dengan aturan kesopanan publik di Saudi.
Lanjut baca di halaman berikutnya...