Dua jet tempur junta militer Myanmar disebut menargetkan gereja dan menjatuhkan dua bom di negara bagian Kayin pada Januari lalu.
Pendiri Free Burma Rangers sekaligus eks komandan Amerika Serikat, David Eubank, mengatakan serangan junta di desa Laywa di kotapraja Lu Thaw menewaskan lima orang.
Korban tewas itu termasuk seorang pendeta dan seorang uskup Katolik.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Jika itu sekolah dan bukan gereja, semua siswa akan mati karena bangunan hancur total," kata Eubank, seperti dikutip Radio Free Asia, Jumat (13/1).
Kotapraja Lu Thaw berada di distrik Hpapun, area yang dikuasai sayap kanan militer Persatuan Nasional Karen (Karen National United/KNU), Tentara Pembebasan Nasional Karen (Karen National Liberation Army/ KNLA).
Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) melaporkan junta Myanmar menjatuhkan hukuman mati kepada tujuh pelajar pada Desember 2021.
Menurut media lokal, para pelajar itu ditangkap pada April 2021 di Yangon. Mereka dituduh terlibat dalam penembakan bank.
Komisaris Tinggi PBB untuk Hak Asasi Manusia, Volker Turk, mengatakan pengadilan militer secara tertutup menjatuhkan vonis mati kepada tujuh pelajar laki-laki pada 7 Desember.
"Dengan menggunakan hukuman mati sebagai alat politik untuk menghancurkan oposisi, militer menegaskan penghinaannya terhadap upaya ASEAN dan masyarakat internasional," kata Turk, seperti dikutip AFP.
Turk juga mengatakan junta selama ini mengabaikan seruan komunitas internasional untuk mengakhiri kekerasan di Myanmar.
Pada Oktober 2022, junta Myanmar melakukan serangan udara di salah satu konser di wilayah Kachin.
Serangan tersebut terjadi ketika milisi Organisasi Kemerdekaan Kachin (OKI) merayakan hari jadi merdeka dengan konser.
Selain itu, perayaan tersebut digelar untuk merayakan kampanye organisasi guna menyerukan otonomi di Kachin.
Imbas kejadian itu setidaknya 80 orang tewas dan puluhan orang mengalami luka-luka. Mayoritas merupakan warga sipil.
Kachin merupakan markas Brigade Kesembilan Tentara Kemerdekaan Kachin (KIA) selaku organisasi sayap OKI.
Junta militer pun mengonfirmasi serangan itu.
"[Serangan itu merupakan] operasi yang dibutuhkan [sebagai respons tindakan] teroris," demikian menurut junta militer, seperti dikutip Associated Press.
Namun, junta membantah serangan mereka menewaskan warga sipil dan seorang penyanyi.
(isa/bac)