Kenapa Erdogan Mulai Susah Payah di Pemilu 2023 Turki?
Presiden petahana Turki Recep Tayyip Erdogan disebut-sebut susah payah mendapat suara di pemilihan umum (Pemilu) Turki kali ini.
Dalam pemilu sebelumnya, Erdogan biasanya menang mutlak. Namun, dalam pemilu yang berlangsung akhir pekan lalu, ia hanya mendapat 49,51 persen atau tak mencapai suara mayoritas.
Angka tersebut hanya berselisih kurang dari 5 persen dari rival kuatnya, Kemal Kilicdaroglu. Dia mendapat 44,88 persen.
Dengan demikian, putaran kedua bakal digelar dan akan berlangsung pada 28 Mei.
Mengapa Erdogan tampak susah payah meraup suara?
Pengamat hubungan internasional yang fokus soal kajian Timur Tengah dari Universitas Indonesia, Sya'roni Rofii, membeberkan penyebab perolehan suara Erdogan tak melebihi 50 persen.
"Penyebabnya karena koalisi enam partai politik "millet ittifak" mengusung ide yang sama untuk mengganti Erdogan dan mengganti sistem," ujar Sya'roni kepada CNNIndonesia.com, Selasa (16/5).
Ia kemudian berujar, oposisi ini berada dalam kepentingan yang sama untuk mengakhiri era Erdogan.
Pengamat hubungan internasional lain, Yon Machmudi, memiliki penilaian yang serupa. Ia menggarisbawahi sejumlah faktor yang mempengaruhi perolehan suara Erdogan.
"Pertama, kecenderungan Erdogan yang mulai dianggap sedikit otoriter terhadap lawan politiknya karena hampir 20 tahun berkuasa," kata Yon kepada CNNIndonesia.com, Selasa (16/5).
Lihat Juga :Kilas Internasional Junta Myanmar Bakar Warga hingga Sengit Pilpres Turki Lanjut Putaran 2 |
Ia lalu bercerita gempa dahsyat bermagnitudo 7,7 yang mengguncang Turki pada Februari juga mempengaruhi perolehan suara.
Saat gempa, rezim Erdogan panen kritik karena dianggap lamban dalam merespons gempa. Mereka juga disalahkan karena banyak gedung yang roboh dan korban berjatuhan.
"Gempa yang menimpa sebagian wilayah Turki membuat rakyat kecewa atas kerja pemerintah yang dianggap lamban," ungkap Yon lagi.
Lanjut baca di halaman pertama...