Mesra Bertemu di KTT Liga Arab, MbS Salaman sampai Cium Pipi Assad
Putra Mahkota sekaligus pemimpin de facto Arab Saudi Mohammed bin Salman (MbS), bertemu dengan Presiden Suriah Bashar al-Assad dalam konferensi tingkat tinggi (KTT) Liga Arab di Jeddah pada Jumat (19/5).
Keduanya tampak mesra dengan saling bersalaman dan mencium pipi.
Itu merupakan momen langka dan simbolis yang pernah terjadi, sebab Assad datang untuk pertama kalinya di pertemuan negara-negara Arab setelah lebih dari satu dekade dimusuhi imbas perang saudara Suriah.
Dahulu, Arab Saudi sangat mengecam keras Assad usai perang di negara tersebut pecah pada 2011 silam. Namun, baru-baru ini Saudi mengubah langkahnya, bersama dengan negara Arab lain, untuk kembali merangkul Suriah.
Tak cuma dengan MbS, Assad juga kedapatan harmonis dengan sejumlah pemimpin negara Arab lain seperti Presiden Mesir Abdel Fattah al-Sisi. Ia tampak berjabat tangan dengan Sisi saat berbaris untuk foto bersama.
Keduanya juga saling melempar senyum, memberi isyarat dengan tangan, dan memiringkan kepala kala mengobrol.
Assad juga tampak berbicara dengan Presiden Tunisia Kais al-Saeid. Mereka bahkan mengadakan pertemuan bilateral pada hari yang sama bersama dengan Sheikh Mansour bin Zayed, saudara Presiden Uni Emirat Arab Mohammed bin Zayed Al Nahyan.
Dilansir dari Reuters, satu per satu para pemimpin Arab tampak menyambut kembalinya Suriah ke blok tersebut. Selama pidatonya, Assad berulang kali mengatakan bahwa Suriah adalah milik dunia Arab.
Meski banyak pemimpin Arab yang menyambut Assad, tidak demikian dengan Emir Qatar Tamim bin Hamad al-Thani. Ia dilaporkan meninggalkan Jeddah bahkan sebelum Assad berpidato.
Thani memang menjadi salah satu tokoh yang menolak keras kembalinya Suriah ke Liga Arab. Pada 2018, Thani bahkan menyebut Assad sebagai penjahat perang.
Kendati demikian, kantor berita Suriah melaporkan Thani dan Assad sempat berjabat tangan dan berbicara singkat di sebelum KTT dimulai.
Pada 7 Mei lalu, Liga Arab resmi menerima kembali Suriah menjadi anggota setelah diisolasi selama 11 tahun. Banyak negara Arab yang menyambut Suriah, antara lain Yordania, Saudi, Irak, Lebanon, hingga Mesir.
Namun, ada pula yang menolak keputusan tersebut, salah satunya Qatar yang menegaskan bahwa posisinya menolak keras normalisasi masih tidak berubah.
Soal ini, Sekjen Liga Arab Ahmed Aboul Gheit mengatakan bahwa pemulihan keanggotaan Suriah "bukan berarti normalisasi hubungan antara negara-negara Arab dan Suriah."
Ia menegaskan keputusan untuk menjalin hubungan baik tersebut merupakan hak berdaulat masing-masing negara Arab.
(lth/blq)