Empat hari kemudian, Wang memberi kabar Qin juga tidak akan hadir pada pertemuan Menlu ASEAN di Jakarta, karena "alasan kesehatan".
Desas-desus mengenai keberadaan Qin pun akhirnya semakin berkembang dalam beberapa minggu terakhir, baik itu di media sosial dalam maupun luar negeri.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Satu hal menarik di tengah hilangnya Qin dari publik adalah pertanyaan dan komentar mengenai keberadaan Qin juga hilang dari situs web Kemlu China.
"Untuk negara lain, ini akan dianggap sebagai penghinaan diplomatik yang besar. Tapi di China, politik selalu mendominasi. Diplomasi adalah aktivitas 'kelas dua' dan menteri luar negeri biasanya tidak sekuat itu," kata pengamat di Pusat Analis China Asia Society Policy, Philippe Le Corre.
Sementara itu pengamat dari Royal United Services Institute di London, Sari Arho Havren, mengatakan kasus Qin merupakan contoh nyata bagaimana sistem beroperasi di China.
Menurutnya Partai Komunis jauh dari kata transparan dan jarang merilis informasi dalam situasi seperti ini, meskipun Qin tak muncul di publik selama beberapa waktu.
"Ketika menyangkut reputasi dan diplomasi China, kasus ini dianggap sebagai urusan internal partai. Menurut saya otoritas China tidak terlalu peduli mengenai bagaimana hal ini menyebar, atau terlihat ke luar," ungkap Sari.
Kini usai Qin dicopot, diplomat senior Wang Yi dipastikan akan kembali diangkat menjadi Menteri Luar Negeri China. Wang Yi sebelumnya juga menjabat sebagai menlu pada 2013 hingga 2022.
"Legislatif tinggi China memilih untuk menunjuk Wang Yi sebagai menteri luar negeri di sesi pada hari Selasa," demikian laporan kantor berita Xinhua.
(dna)