Ketika Islam lahir, setelah ratusan tahun kuil itu dihancurkan, Khalifah Umar bin Khatab mendatangi lokasi itu. Dia diantar oleh pemimpin gereja Patriark Sophronius untuk melihat bekas tempat ibadah Nabi Sulaiman itu, atau Haykal Sulaiman.
Namun Umar kecewa, tempat ibadah Nabi Sulaiman itu justeru sudah menjadi tempat pembuangan sampah. Dia pun menyingsingkan baju dibantu Sophronius untuk membersihkan bukit tempat suci agama Islam, Yahudi dan Kristen itu.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Umar pun membuat deklarasi yang dinamakan Deklarasi Aelia. Intinya, kaum Muslimin, Nasrani dan Yahudi hidup aman dan berdampingan di Yerusalem. Kedamaian pun tercipta di sana hingga ratusan tahun.
Hingga akhirnya Israel berdiri dibantu Inggris dan Amerika, barulah mereka mengusik kembali Al Aqsa.
"Dari kisah ini tampak betapa zalimnya kaum Yahudi dan kaum imperialis Barat yang membantu mereka, yang ingin merebut dan menguasi Masjid Al Aqsa, kemudian menghancurkannya dan mendirikan Haykal Sulaiman yang baru (Third Tempel)," tulis Cak Nur, sapaan akrab Nurcholis Madjid.
Padahal Cak Nur menilai, kaum Yahudi harusnya berterima kasih kepada peradaban Islam. Sebab di bawah Khalifah Umar, kaum Yahudi bebas kembali dan berdiam di Yerusalem setelah ratusan tahun ditindas Romawi.
(imf/bac)