Mereka, para pengunjung tersebut, adalah warga Jakarta dari kalangan berlebih.
Mereka sengaja mendatangi hotel itu untuk membeli tiket untuk sekedar duduk, makan, atau berbincang bersama pasangan calon Gubernur dan Wakil Gubernur DKI Jakarta Basuki Thajaja Purnama-Djarot Syaiful Hidayat.
Memang benar, tak ada yang lebih menyenangkan selain duduk dan berbincang dengan sang idola. Itulah mungkin secuil gagasan yang coba diterapkan oleh tim kampanye pasangan calon nomor urut dua ini.
Kebahagiaan itu juga tercermin pada Umayah. Ia terlihat sangat bersemangat dan penuh energi mengabadikan moment romantis antara Ahok dan Djarot di ruangan tersebut.
Umayah tak menyesal menghabiskan uang hingga jutaan rupiah. Toh, kata dia, uang tersebut nantinya digunakan sebagai sumbangan kampanye Calon Gubernur unggulannya. "Saya enggak merasa rugi, saya datang, senang. Saya justru merasa ambil bagian untuk kemajuan Jakarta," kata Umayah.
Ahok pun tampak semringah. Dia bercerita banyak hal kepada para pendukungnya yang hari itu rela merogoh kocek agak dalam untuk menyokong pilihan mereka supaya bisa terus melenggang bebas menuju lursi DKI.
"Ini memang beda yah, saya kampanye ya dari rakyat untuk rakyat, makanya tim kampanye bikin acara ini. Saya sih senang-senang aja, duitnya kan buat kampanye," kata Ahok yang dibalas dengan derai tawa oleh para pendukungnya.
Terkait pendapatan yang didapat dari acara itu, Ahok menyatakan tidak tahu pasti berapa nominal yang didapat. "Saya enggak tahu berapa, kan langsung masuk ke rekening kampanye, saya sih lakuin ini juga ada sekalian buat pendidikan politik ke masyarakat," kata dia.
Sementara itu, Ketua Panitia Dhrama Relawan Badja, Marayuna Anwar Nasution mengatakan, kegiatan jamuan makan bersama Ahok-Djarot ini memang diperuntukkan bagi warga yang dengan sukarela mendukung dan ingin bertemu Ahok secara langsung.
Marayuna mengatakan, terdapat dua tarif yang dikenakan kepada pendukung yang berminat datang, yakni Rp5 Juta untuk anggota masyarakat yang ingin duduk satu meja dengan Ahok dan Djarot, sementara yang ingin duduk di meja lain membayar Rp2,5 Juta.
"Jumlah keseluruhannya yang datang sekitar 160 orang, kami targetkan mendapat Rp200 juta untuk hari ini, itu untuk hitungan bersih yah udah
cost-nya lah, tapi keseluruhan dapat berapa hari ini, belum dihitung," jelasnya.
Paling KreatifTiap pasangan calon memang dituntut menerapkan gaya kampanye yang menarik. Bagi pasangan Ahok-Djarot, menjual kursi dan sesi foto mungkin salah satu cara di samping agenda blusukan yang saat ini telah diterapkan hampir semua pasangan calon.
Strategi kampanye Ahok-Djarot ini mendapat apresiasi dari pakar komunikasi politik Universitas Padjajaran, Dadang Rachmat.
"Mungkin kalau bahasa gaulnya ini semacam m
eet and greet yah, cuma ini konteksnya memang dulang dana untuk kampanye, ini menarik," kata Dadang saat dihubungi
CNNIndonesia.com, Senin (28/11).
Dadang juga membandingkan strategi kampanye dan komunikasi dari tiga pasangan calon. Menurutnya, pasangan Ahok-Djarot selalu punya cara yang unik dibandingkan dua pasangan calon lain.
"Kesannya ceplas-ceplos dan sering salah ngomong, tapi strategi komunikasi politiknya sejauh ini saya kira yang paling bagus, tidak monoton dan membosankan," kata dia
Menurut Dadang, gaya kampanye
meet and greet tersebut bisa kembali meningkatkan kepercayaan masyarakat terhadap Ahok yang sempat menurun.
"Di sini dia mencoba membangun citra dengan kampanye bersama rakyat. Tidak ada yang salah dengan pencitraan. Semua juga melakukan hal yang sama, hanya dengan gaya yang berbeda," kata Dadang.
Di sisi lain, Dadang juga mengingatkan strategi tersebut berpotensi menimbulkan kecurigaan dari masyakarat. Sumber kecurigaan tentu berasal dari pengelolaan dan transparansi dana hasil
meet and greet.
Ia menuturkan, ketika berhubungan dengan uang, semuanya akan berubah sensitif sehingga harus ada kejelasan perihal nominal pemasukan dan pengeluarannya.
"Jadi itu kan uang rakyat, tidak jadi soal kalau jelas digunakan untuk kampanye, asal bukan untuk hal lain," kata dia.